Haikal Sulaiman, Mitos dan Ambisi Kaum Zionis

Zionis berambisi merobohkan Masjid al-Aqsha untuk membangun Haikal Sulaiman.

AP Photo/Leo Correa
ILUSTRASI Kompleks Masjid al-Aqsha pada malam hari. Zionis berambisi merobohkan Masjid al-Aqsha untuk membangun Haikal Sulaiman.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian kalangan Yahudi, terutama kelompok zionis, mengeklaim Masjid al-Aqsha di al-Quds, Palestina, sebagai lokasi Kuil (Haikal) Sulaiman (Solomon's Temple). Dan, mereka pun berambisi untuk merobohkan al-Aqsha agar di sana dapat dibangun tempat ibadah yang diidamkannya.

Baca Juga


Mahdy Saied menuturkan dalam buku Fadhailu al-Masjidi al-Aqsha, Haikal Sulaiman itu hanyalah mitos yang digembar-gemborkan zionis. Tambahan pula, Nabi Sulaiman merupa kan seorang utusan-Nya.

Tidak mungkin putra Daud AS itu mendirikan sebuah kuil, sebagimana dituduhkan sebagian Yahudi. (Bahkan, mereka menyebut dalam riwayat-riwayatnya bahwa Sulaiman AS adalah anak hasil zina!)

Menurut Yahudi yang meyakininya, Haikal Sulaiman bukan sebuah tempat ibadah, melainkan rumah tempat Tuhan (Yahweh) berdiam. Dalam bahasa Ibrani, sebutannya adalah Heikhal atau lengkapnya, Beit Ha Mikdash, 'rumah Yahweh.' Ukuran Haikal, sebagaimana disebutkan dalam kitab mereka ialah panjang 30 m, lebar 10 m, dan tinggi 15 m.

Mereka mengeklaim, Sulaiman membangun Haikal pada 960 SM sebagai rumah bagi Tuhan dan tempat penyembelihan. Lokasinya ada di atas bukit tempat ash-Shakhrah kini. Karena itu, kawasan itu disebut Yahudi sebagai Bukit Haikal. Sementara, Muslimin menyebutnya bukit Baitul Maqdis karena di atasnya ada Masjid al-Aqsha.

Mahdy mengatakan, orang yang pertama kali menarik perhatian Yahudi terhadap ide pembangunan Haikal adalah Musa bin Maimun. Dokter Yahudi yang sempat bekerja pada Bani Umayyah di Andalusia ini pernah berziarah ke al-Quds pada 1267 M.

Ratusan tahun kemudian, tepatnya pada 1560 M, seorang rabi merekayasa ide ritual menangis di tembok Masjid al-Buraqbagian dari Kompleks Masjid al-Aqsha.

Alasannya, tembok itu diklaimnya bagian dari sisa-sisa Haikal Sulaiman. Inilah yang sekarang populer sebagai Tembok Ratapan. Sumber satu- satunya perihal Haikal ialah Taurat. Padahal, kitab itu sudah mengalami distorsi akibat tangan-tangan tak bertanggung jawab dari kalangan Yahudi.

Utamanya, sejak Babilonia menyerang al-Quds pada 587 SM, bangsa dari Irak itu meruntuhkan al-Aqsha dan membakar Tabut Perjanjian, termasuk di dalamnya mushaf-mushaf Taurat. Ketika akhirnya kaum Yahudi kembali ke al-Quds berkat kebaikan Koresh Agung, tak ada di antaranya yang hafal seluruh Taurat.

Maka begitu di tanah suci, sebagian mereka menulis Taurat dari pemikiran sendiri atau, kalaupun ada, ha fal an-hafalan yang tersisa dari Taurat asli. Sementara, al-Aqsha sudah ada jauh sebelum Bani Israil ada. Dan, Allah SWT telah menetapkan kawasan suci itu sebagai lokasi berdirinya tempat ibadah, bukan tempat untuk menyekutukan-Nya.

Dengan demikian, menurut Mahdy, Masjid al-Aqsha sudah ada sebelum Sulaiman. Kemudian, sang nabi datang, membangun dan memperbaikinya. Maka jadilah masjid Islam, sedangkan tanahnya milik bangsa Palestina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler