Empat Amalan Bagi Suami Istri yang Belum Mendapatkan Anak
Sebagian pasangan suami istri diuji tidak mendapatkan karunia Allah berupa anak.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagian pasangan suami istri diuji dengan tidak mendapatkan karunia Allah berupa anak. Ini menjadi hikmah bagi mereka yang hanya diketahui oleh Allah.
Syekh Nada Abu Ahmad dalam Berkah Anak Shalih memberi nasihat, pertama-tama yang dilakukan seorang hamba mengenai kondisi ini adalah dia berserah diri dan ridha kepada takdir Allah.
"Ini adalah cobaan dari Allah untuk mengetahui siapa di antara hamba-hambaNya yang benar dan siapa yang dusta," kata Syekh Nada.
Allah berfirman dalam surat Al Ankabut ayat 2-3:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
a ḫasiban-nâsu ay yutrakû ay yaqûlû âmannâ wa hum lâ yuftanûn
wa laqad fatannalladzîna ming qablihim fa laya‘lamannallâhulladzîna shadaqû walaya‘lamannal-kâdzibîn
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji?
Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.
Syekh Nada mengatakan, meski demikian, tidak masalah untuk mengupayakan sebab-sebab yang mungkin bisa membantu mendapatkan keturunan dengan bersandar kepada pencipta segala sebab. DI antara upaya tersebut adalah:
1. Pergi ke dokter untuk pengobatan dan mengupayakan sebab-sebab lain.
2. Berdoa.
bahwasanya Nabi bersabda:
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Taala adalah maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa. (HR Abu Dawud, Tirmidzi,
Di dalam Alquran surat Al Anbiya Allah Yang Maha Benar mengabarkan kepada kita bahwa Nabi Zakariya berdoa dengan doa berikut:
وَزَكَرِيَّآ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَۚ
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۖ وَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
wa zakariyyâ idz nâdâ rabbahû rabbi lâ tadzarnî fardaw wa anta khairul-wâritsîn
fastajabnâ lahû wa wahabnâ lahû yaḫyâ wa ashlaḫnâ lahû zaujah, innahum kânû yusâri‘ûna fil-khairâti wa yad‘ûnanâ raghabaw wa rahabâ, wa kânû lanâ khâsyi‘în
(Ingatlah) Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah sebaik-baik waris.
Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.
3. Bertakwa
Allah berfiman dalam Surat At Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ
wa may yattaqillâha yaj‘al lahû makhrajâ
wa yarzuq-hu min ḫaitsu lâ yaḫtasib
Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya
dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga.
4. Beristighfar
Beristighfar menjadi sebab meningkatnya kemampuan suami dalam menggauli istri. Ini adalah kesimpulan yang disarikan Ibnu Taimiyah dari firman Allah:
وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ
wa yâ qaumistaghfirû rabbakum tsumma tûbû ilaihi yursilis-samâ'a ‘alaikum midrâraw wa yazidkum quwwatan ilâ quwwatikum wa lâ tatawallau mujrimîn
Wahai kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya! Niscaya Dia akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras, menambahkan kekuatan melebihi kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang-orang yang berdosa.”
Menurut Syekh Nada, Allah kan menambah kekuatan seorang laki-laki di atas kekuatannya karena permohonan ampun yang ia lakukan. Selain itu, istighfar menjadi sebab datangnya semua jenis rezeki secara umum dan secara keseluruhan.
"Wahai Anda yang belum mendapatkan keturunan, apabila anda telah melakukan semua upaya untuk mendapatkannya, namun Allah belum menakdirkan kelahiran anak untuk Anda, hendaknya Anda ridha terhadap takhir Allah," kata Syekh Nada.
Ridha
Syekh Nada tetap mengingatkan, bagi pasangan suami istri yang belum mendapatkan keturunan, apabila telah melakukan semua upaya untuk mendapatkannya (Periksa ke dokter, berdoa, dll), namun Allah belum menakdirkan kelahiran anak untuk mereka, maka hendaknya ridho kepada takdir Allah.
Allah berfirman dalam Surat Asy Syura ayat 49-50:
لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۗ يَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَۙ
اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًاۚ وَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًاۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ
lillahi mulkus-samâwâti wal-ardl, yakhluqu mâ yasyâ', yahabu limay yasyâ'u inâtsaw wa yahabu limay yasyâ'udz-dzukûr
au yuzawwijuhum dzukrânaw wa inâtsâ, wa yaj‘alu may yasyâ'u ‘aqîmâ, innahû ‘alîmung qadîr
Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,
atau Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki dan perempuan, serta menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.
Menurut Syekh Nada, Allah mengaitkan kondisi mandul tersebut dengan kehendak-Nya, kemudian perhatikan bagaimana Allah menutup ayat di atas dengan firmannya:
اِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ
innahû ‘alîmung qadîr
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.
Syekh Nada mengingatkan, Allah mengetahui apa yang baik bagi hamba, barangkali Allah menahan karunia anak karena Dia mengetahui bahwa anak itu akan menjadi fitnah bagi hamba yang belum dikaruniai anak.
Allah berfirman dalam surat At Taghabun ayat 14-15:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
yâ ayyuhalladzîna âmanû inna min azwâjikum wa aulâdikum ‘aduwwal lakum faḫdzarûhum, wa in ta‘fû wa tashfaḫû wa taghfirû fa innallâha ghafûrur raḫîm
innamâ amwâlukum wa aulâdukum fitnah, wallâhu ‘indahû ajrun ‘adhîm
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar.
Selain itu juga seperti disabdakan oleh Nabi Muhammad dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hakim dan Thabrani:
إن الولد مبخلة مجبنة مجهلة محزنة
“Sesungguhnya anak bisa menjadi penyebab sifat pelit, pengecut, bodoh dan sedih.”
Dikisahkan, Nabi Khidir dan anak kecil yang dibunuhnya. Kisah ini disebutkan dalam surat Al Kahfi ayat 80-81, ketika Nabi Khidir mengemukakan alasan tindakannya membunuh si anak.
وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَآ اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۚ
فَاَرَدْنَآ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًا
wa ammal-ghulâmu fa kâna abawâhu mu'minaini fa khasyînâ ay yur-hiqahumâ thughyânaw wa kufrâ fa aradnâ ay yubdilahumâ rabbuhumâ khairam min-hu zakâtaw wa aqraba ruḫmâ
Adapun anak itu (yang aku bunuh), kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur.
Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).
Menurut Syekh Nada, banyak orang yang mendapat karunia dari Allah berupa anak, namun setelah merasakan pahitnya kedurhakaan, mereka berangan-angan seandainya Allah tidak mengaruniakan anak kepadanya. Atau, barangkali seorang mendapat karunia seorang anak yang durhaka secara pemikiran maupun fisik yang merusak kehidupannya.
Atau, ia mendapat karunia anak namun menjadi pecandu narkoba dan miras, atau anak yang sesat jalannya dan menempuh jalan keburukan.
"Barangkali, Allah menahan karunia anak dari seorang hamba guna melindunginya dari semua itu, karena Allah mencintainya dan hanya menghendaki kebaikan untuknya. Maka, hendaknya si hamba ridho terhadap takdir Allah sebab ALlah tidak menetapkan takdir kecuali takdir itu baik," ujar Syekh Nada.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ
Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR Ahmad)
Karena itu, pesan Syekh Nada, hendaknya seorang Muslim menerima takdir Allah dengan dada yang lapang dan hati ridha. Maka, hati akan menjadi tenteram.