Kisah Anak tidak Mau Merawat Orang Tuanya di Zaman Rasulullah SAW

Nabi Muhammad ajarkan berbuat baik kepada kedua orang tua.

Republika
Berbakti kepada orang tua
Rep: Fuji Eka Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW menegaskan dan mengajarkan kepada umat manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua, ayah dan ibu. 

Baca Juga


Suatu ketika di zaman Rasulullah SAW, ada kisah seorang anak yang ekonominya mapan tapi tidak mau merawat ayahnya, akhirnya anak tersebut nasibnya berubah 360 derajat dan akhir hidupnya mengenaskan.

Dikisahkan suatu hari seorang laki-laki tua menemui Nabi Muhammad SAW, laki-laki tua itu mengadukan perilaku anaknya yang kaya raya tetapi kerap mengabaikannya. 

Lelaki tua itu berkata, "Wahai Rasulullah, anakku berbuat baik kepada semua orang dan mau membantu mereka, tetapi ia tidak mau membantuku sebagai orang tuanya. Bahkan, ia mengusirku dari rumahnya."

Mendengar laporan orang tua itu, Nabi Muhammad SAW segera mengutus seorang sahabat untuk menemui anak itu dan menasihatinya agar mau menerima dan mengurus ayahnya. 

Namun, pemuda itu berbohong kepada Rasulullah SAW dengan mengatakan, “Aku tidak punya cukup harta untuk mengurusi ayahku."

Nabi Muhammad SAW berkata, “Aku tahu, kau punya gudang gandum dan kurma. Kau juga memiliki simpanan uang yang sangat banyak."

Pemuda itu tetap berbohong kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, siapa pun yang mengatakan hal itu kepadamu pasti telah berdusta."

Nabi Muhammad SAW melihat bahwa semua nasihatnya tidak dapat memengaruhi hati pemuda yang lebih keras dari batu itu. Maka, Rasulullah SAW bersabda, "Berdiri dan pergilah dari hadapanku. Ingatlah, tidak lama lagi kau akan menyesal dan di saat itu datang, penyesalanmu itu tidak lagi berguna."

Kemudian Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat untuk menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan hidup orang tua itu dari Baitul Mal agar ia tidak lagi merasa kesusahan.

Sementara, si pemuda itu merasa senang setelah pergi dari hadapan Rasulullah SAW, karena sekarang ia telah lepas dari keharusan mengurusi ayahnya.

Beberapa waktu kemudian, ketika datang saat yang tepat untuk menjual kurma, pemuda itu membuka gudang tempat penyimpanan kurmanya. Namun, ia kaget saat mendapati semua kurma di dalam gudangnya telah habis dimakan ulat. Tidak ada yang tersisa sedikit pun kecuali biji-biji kurma yang tidak akan laku dijual.

Kemudian, pemuda itu bergegas pergi menuju gudang tempat penyimpanan gandumnya. Lagi-lagi pemuda itu tersentak, kaget, dan marah saat melihat gandum di dalam gudangnya diserang serangga. Hewan kecil itu memakan gandum di gudang itu hingga yang tersisa hanya batangnya. 

Pemuda itu melihat ada sebagian gandum yang belum diserang serangga. Namun, ternyata gandum-gandum itu pun telah rusak dan bau karena ditempeli banyak ulat. Tentu saja ia mengalami kerugian yang besar.

Pemuda itu telah mengeluarkan modal yang sangat besar untuk mengolah kurma dan gandum itu kemudian menyimpannya di gudang. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali membuang biji-biji kurma dan batang gandum yang tersisa.

Sayang, semua musibah itu tidak membuatnya sadar dan jera untuk kemudian meminta maaf kepada ayahnya. Sedikit pun pemuda itu tidak menyadari bahwa semua itu merupakan peringatan baginya. 

Pemuda itu tidak ingat peringatan Rasulullah SAW yang begitu keras. Ia tetap tidak mau menemui ayahnya dan meminta maaf. Akhirnya, beberapa hari setelah musibah itu, ia jatuh sakit. 

Ketika pemuda itu hendak mengambil uang yang selama ini disimpannya untuk berobat, lagi-lagi ia kaget karena semua uangnya telah berubah menjadi lempengan tembikar tidak berharga.

Hari demi hari penyakitnya kian parah. Semua kawannya menjauhinya karena tahu bahwa kemiskinan dan penyakitnya itu akibat ia durhaka kepada ayahnya.

Dua tahun kemudian, tinggal kulit dan tulang yang tersisa pada tubuhnya. Ia berjalan sambil bertumpu pada tongkat dan meminta pertolongan kepada semua orang, dikutip dari buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW yang ditulis Fuad Abdurahman.

Suatu hari Rasulullah SAW berjalan bersama beberapa sahabat. Beliau melihat pemuda itu duduk di pinggir gang dengan kondisi yang sangat mengenaskan. 

Beliau menoleh kepada sahabatnya dan memberi nasihat, "Hai orang-orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya, ambillah pelajaran dari orang ini. Alih-alih mendapatkan kedudukan mulia di surga, itulah yang ia dapatkan. Ia merasa mampu membeli surga dengan harta dan kedudukannya. Ketahuilah! Sebentar lagi pemuda ini akan meninggal dunia dan masuk Neraka Jahanam."

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Wa waṣṣainal-insāna biwālidaih(i), ḥamalathu ummuhū wahnan ‘alā wahniw wa fiṣāluhū fī ‘āmaini anisykur lī wa liwālidaik(a), ilayyal-maṣīr(u).

Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. (QS Luqman Ayat 14)

Infografis berbakti kepada orang tua - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler