Polemik Ceramah Gus Miftah, Kiai Cholil: Mungkin Niatnya Bercanda tapi Itu tak Lucu

Di dalam Islam, bercanda harus yang baik-baik.

Republika/Havid Al Vizki
Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis.
Rep: Fuji EP Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis angkat bicara soal polemik Gus Miftah yang dinilai menghina seorang pedagang es dengan perkataan goblok.

Ditanya apakah boleh saat dakwah atau tausiyah kemudian mengeluarkan perkataan kasar atau mencemooh, misalnya mengatakan kata tersebut kepada jamaah? Kiai Cholil Nafis menegaskan, meski bercanda tetap tidak tepat mengatakannya.

Menurut Kiai Cholil Nafis, bercanda dalam Islam tetap harus yang baik-baik. "Bercanda pun dalam Islam harus yang baik-baik, meskipun bercanda tentu tidak tepat mengatakan goblok," kata Kiai Cholil Nafis dalam pesan singkat yang diterima Republika, Rabu (4/12/2024).

Di akun X nya, Kiai Cholil juga melontarkan sindiran soal ceramah yang tengah viral tersebut. "Mungkin niatnya bercanda tapi itu tak lucu, mungkin maksudnya mencairkan suasana tapi itu tak sopan. Reflek tindakan spontan yang menyiprat menjadi  penghinaan di depan publik. Ayo kita muhasabah utk terus belajar etika dan belajar menghargai orang lain. Bismillah,"ujar dia.

Sebelumnya, video Gus Miftah viral setelah diunggah akun X @pelangi77__. Dalam video berdurasi 2.19 menit itu, awalnya Gus Miftah tengah menyampaikan tausiyah dalam perhelatan Magelang Bersholawat Bersama Gus Miftah Habiburrohman, Gus Yusuf Chudlori, Habib Zaidan bin Yahya pada Rabu 20 November 2024. Kegiatan berlangsung Lapangan Soepardi Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Namun, tiba-tiba ada jamaah nyeletuk meminta agar Gus Miftah memborong dagangan pedagang es yang berdiri di tengah-tengah jamaah.

Lantas Gus Miftah bertanya soal ketersediaan es teh yang dijual pedagang tersebut. “Es tehmu sih akeh nggak? Ya kono didol goblok (Es teh kamu masih banyak tidak? Ya segera dijual sana, goblok,” ujar Gus Miftah kepada pedagang yang sedang menyunggi es teh dan air mineral.

 

Tangkapan layar Gus Miftah temui Son Haji, penjual es teh - (Dok akun IG @magelang_raya)

Candaan Gus Miftah itu pun memecah tawa para hadiri, termasuk tokoh-tokoh yang berada di atas panggung. Kemudian, Gus Miftah melanjutkan.“Dolen disik, engko lek urung payu yo wid, takdir (Jual dulu, nanti kalau belum laku ya udah, takdir),” ujar Gus Miftah.

Gus Miftah lalu menceritakan kisah tasawuf tentang tukang es teh dan bakso yang memiliki doa berbeda terkait cuaca. Penjual es teh meminta udara panas sedangkan penjual bakso ingin cuaca dingin.

Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Ahmad Zubaidi menambahkan, jadi pada dasarnya umat Islam tidak dibolehkan berkata-kata yang kasar, berkata-kata yang jorok dan keji, serta berkata-kata yang merendahkan orang lain dalam konteks apapun itu.

"Baik dalam konteks candaan apalagi dalam konteks dakwah (jangan berkata-kata kasar, keji, jorok dan merendahkan) karena dakwah harus mengedepankan bahasa-bahasa yang halus, yang sopan, yang mendidik," kata Kiai Zubaidi kepada Republika, Rabu (4/12/2024).

Kiai Zubaidi menegaskan, jadi seorang pendakwah harus menyatakan kata-kata yang mendidik, jangan sampai kata-kata pendakwah justru menjadi contoh yang buruk. Sebab ketika seorang pendakwah berkata-kata buruk tentu akan ditiru oleh masyarakat khususnya anak-anak kecil yang belum paham. 

"Nanti anak-anak akan meniru itu (kaa-kata buruk yang dilontarkan pendakwah) karena dianggapnya bahwa pendakwahnya saja berkata kasar, berkata-kata yang jorok dan berkata-kata yang menghina, maka nanti seolah itu ada permisivisme, ada pembolehan," ujar Kiai Zubaidi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler