Gubernur Jabar Terpilih Harus Lebih Giat Manfaatkan Kawasan Rebana

Pemerintahan baru harus lebih ngotot lagi dalam memafaatkan infrastruktur Jabar.

Dok Republika
Diskusi Panel Menyongsong Era Baru : Menyusun Solusi untuk Masa Depan Bisnis dan Ekonomi Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).
Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat (Jabar) Sri Dewi menilai isu ekonomi saat ini cukup berat. Karena, selain target pertumbuhan ekonomi 8 persen, rencana pemerintah menaikan PPN 12 persen dan UMR sebesar 6,5 persen pun cukup mengejutkan bagi kalangan pengusaha.

Baca Juga


“Dalam waktu dekat kami akan beraudiensi dengan pengusaha terkait ini. Agar industri bisa tetap bertahan di Jabar dan tidak pindah. Harus dicari jalan keluarnya,” ujar Dewi dalam Diskusi Panel Menyongsong Era Baru : Menyusun Solusi untuk Masa Depan Bisnis dan Ekonomi Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).

Dewi mengatakan, pemerintahan baru harus lebih ngotot lagi dalam memafaatkan infrastruktur Jabar. Khususnya di Kawasan Rebana, Kertajati dan Pelabuhan Patimban. “Gubernur terpilih diharapkan kebijakan-kebijakannya melanjutkan yang baik untuk mendorong terus pertumbuhan ekonomi, bukan membuat kebijakan coba- coba,” katanya.

Dewi menilai, permasalahan yang menjadi PR besar adalah masih sulitnya mengurus perizinan berusaha di Jabar. Termasuk izin bagi investor bidang pariwisata, yang digadang-gadang bakal menjadi potensi pendorong pertumbuhan eknomi di Jabar.

Sementara menurut Pengamat Ekonomi dari Unpad Bandung Fary Hadiyanto, terpilihnya kepala daerah baru level provinsi dankab/kota di tahun 2025 serempak secara nasional, akan memberikan penyesuaian dalam peran pemerintah daerah pada perekonomian daerah. “Jika petahana yang menang mungkin bisa langsung gas bekerja menjemput target pemerintah, namun jika baru, saya kira mereka akan lama dalam melakukan konsolidasi. Jadi saya berharap di Jabar bisa langsung gas saja untuk merealiasikan target pusat,” katanya

Target itu menurut Fery memang sangat berat. Menurutnya selama 10 tahun pemerintahan Jokowi saja, rata-rata pertumbuhan eknomi nasional hanya 5 persen, meski sempat ditargetkan sebesar 7 persen. Memang terkendala oleh covid 19.

Selain itu, kata dia, pertumbuhan ekonomi tidak hanya tergantung pada kondisi dalam negeri saja, namun juga kondisi global. Seperti diketahui konflik timur tengah Israel-Palestina-Iran yang ikut membawa Amerika masih menjadi ancaman. Begitu pula konflik Ukraina-Rusia yang entah kapan akan berakhir.

“Indonesia masih bergantung dari ekonomi Amerika, terutama ekspor tekstil kita yang masih besar. Trump sendiri sudah membuat kebijakan untuk menarik semua potensi Amerika di luar negeri. Sehingga ini akan menjadi sukit bagi kita, sebab tanpa capital inflow dari Amerika, pertumbuhan ekonomi 8 persen akan berat,” paparnya.

Menurutnya aspek Geopolitik Global belum akan berhenti di tahun 2024 – 2025 kehati-hatian dengan terpilihnya presiden Trump karena ekspor Jawa Barat ke AS cukup dominan. Ferry juga mencermati isu akan under capacity pembentukan PDb Nasional & PDRB Jawa Barat sepertinya harus diwaspadai di tahun 2025.

“Dalam dua tahun terakhir pertumbuhan eknomi Jabar selalu dibawah nasional, sebuah peringatan bagi kita di Jabar. Salah satu sebabnya karena beberapa pabrik tekstil tutup atau pindah. Nah, harus dicari komponen pengganti atas masalah ini agar pertumbuhan ekonomi Jabar masih bisa positif,” katanya.

Sementara itu, salah satu syarat investasi yang diminta oleh negara asing adalah ketersediaan pasokan energi hijau. Kondisi ini masih menjadi kendala di Jawa Barat karena pemanfaatan produksi energi hijau masih kecil. Kurniawan Imam Ghozali, GM Pemasaran dan Pengembangan Bisnis PT SEI mengatakan ingin ikut berkontribusi mendorong peningkatan investasi di Jabar dengan mempersiapkan energi hijau bagi investor yang ingin masuk ke Jabar.

PT SEI sudah implementasikan di beberapa sektor efisiensi energi yaitu Energi Saving PJU dan Electric Vehicle serta pada sektor bisnis utama SEI di Renewable Energy untuk implementasi Solar PV Rooftop.

Pemasangan Solar PV Rooftop pada Industri ini, dapat mengurangi biaya operasonal Listrik sampai 40 persen. Sehingga secara Khusus untuk Industri Tekstil dapat membantu mengurangi biaya operasinal yang sangat signifikan sehingga diharapkan Industri Tekstil khususnya di Jawa Barat dapat bertahan di tengah tantangan yang ada.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler