Yang Dilakukan Irak dan Yordania setelah Assad Dikalahkan Kelompok Perlawanan
Suriah kini dikuasai kelompok perlawanan.
REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Yordania akan mendukung setiap proses politik yang dijalankan rakyat Suriah untuk membangun sistem politik baru setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad, kata Menteri Luar Negeri Ayman Safadi dalam sebuah pernyataan pada Ahad (8/12/2024).
"Kami mengikuti perkembangan di Republik Arab Suriah dengan minat dan perhatian yang besar terhadap keamanan, keselamatan, persatuan, kedaulatan Suriah, dan keamanan rakyatnya," kata Menlu Safadi.
Yordania siap untuk memberikan semua dukungan yang memungkinkan kepada rakyat Suriah dalam upaya mereka untuk membangun kembali tanah air, lembaga, dan sistem politik mereka, dengan cara yang menjamin keamanan, kedaulatan, kebebasan Suriah, dan kehidupan yang bebas dan bermartabat bagi semua warganya.
“Kami akan mendukung setiap proses politik yang dijalankan oleh rakyat Suriah untuk membangun sistem politik yang memenuhi aspirasi rakyat Suriah yang bersaudara, menjaga hak-hak mereka, dan menempatkan Suriah di jalur untuk membangun masa depan yang aman dan terpenuhi hak-hak bagi rakyatnya,” ujarnya, menambahkan.
Diplomat senior Yordania itu juga menyerukan perlunya melindungi Suriah dari kekacauan dan menjaga lembaga-lembaga nasional negara itu. “Yordania siap memberikan bantuan apa pun yang dibutuhkan oleh rakyat Suriah yang bersaudara, dan kami sepenuhnya mendukung keamanan dan stabilitas mereka,” kata Safadi.
Assad melarikan diri dari Suriah ke lokasi yang tidak diketahui setelah kelompok anti-rezim menguasai Ibu Kota Damaskus pada Minggu dini hari, menandai runtuhnya rezim Partai Baath yang telah berkuasa di Suriah sejak 1963. Peristiwa itu terjadi lebih dari seminggu setelah kelompok anti-rezim menguasai Aleppo, sebuah kota besar di Suriah utara.
Tutup perbatasan
Irak menutup perbatasan Al-Qaim dengan Suriah, setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad. Perbatasan Al-Qaim, yang terletak di Distrik Al-Qaim di Provinsi Anbar yang berbatasan dengan Suriah, merupakan jalur utama bagi para pelancong dan perlintasan barang antara kedua negara.
"Persimpangan perbatasan Al-Qaim ditutup sepenuhnya, dan wilayah perbatasan Irak diamankan. Tidak ada pergerakan masuk atau keluar dari persimpangan ini," demikian pernyataan yang dilaporkan oleh kantor berita negara INA. "Di pihak Suriah, tidak ada pasukan oposisi bersenjata atau sisa pasukan rezim Suriah," kata Irak.
Juru bicara militer Irak, Mayor Jenderal Yahya Rasul, mengatakan bahwa situasi di sepanjang perbatasan Irak-Suriah berada di bawah kendali penuh pasukan Irak. "Perbatasan dijaga ketat dan kehadiran penjaga perbatasan Irak, bersama dengan tentara dan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), memastikan keamanan penuh," ujar Rasul.
Mayor Jenderal Khairallah Issa, komandan Divisi Perbatasan Kedua, mengatakan pasukan Irak sepenuhnya siap menghadapi setiap kemungkinan perkembangan situasi. “Semua wilayah perbatasan dipantau dengan lebih dari 105 kamera, dan tidak perlu bala bantuan lebih lanjut. Persenjataan kami saat ini sudah memadai, dan penyeberangan tetap ditutup,” katanya.
Assad melarikan diri dari Suriah ke lokasi yang tidak diketahui setelah kelompok anti-rezim menguasai Ibu Kota Damaskus pada Minggu dini hari. Peristiwa ini menandai runtuhnya rezim Partai Baath, yang telah berkuasa di Suriah sejak 1963. Kejadian ini terjadi lebih dari seminggu setelah kelompok anti-rezim menguasai Aleppo, kota besar di Suriah utara.