Tiga Kekuatan Utama di Suriah Usai Jatuhnya Bashar al-Assad

Israel melihat peluang strategis dengan terganggunya poros Iran-Suriah-Hizbullah.

AP
Kendaraan meninggalkan Damaskus setelah jatuhnya pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Suriah, Minggu, 8 Desember 2024.
Rep: Mg-Rol153 Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS — Rezim Bashar al-Assad ditumbangkan dari kursi kekuasaannya di Suriah setelah lebih dari satu dekade bertahan dari pemberontakan, perang saudara, dan tekanan internasional. Jatuhnya ibu kota Suriah, Damaskus, ke tangan pasukan oposisi dengan cepat dan tanpa perlawanan berarti, menjadi titik balik dalam dinamika Timur Tengah.  

Baca Juga


Para analis pun berbicara mengenai jatuhnya rezim yang didukung Iran tersebut. Dikutip dari The ConversationAli Mamouri menjelaskan, "Jatuhnya rezim Assad terjadi secara mendadak, membuat kekuatan regional dan global terguncang untuk memahami dampaknya dan merencanakan langkah berikutnya. Dengan peristiwa ini, peta kekuasaan di kawasan tersebut mengalami perubahan besar, mengantarkan Suriah dan Timur Tengah ke fase baru yang penuh tantangan dan ketidakpastian." kata dia, Ahad (8/12/2024).

Setelah jatuhnya rezim Assad, Suriah terpecah menjadi tiga wilayah kekuasaan utama, masing-masing didukung oleh sekutu eksternal dengan kepentingan berbeda:  

1. Pasukan Oposisi Sunni

Dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham dan didukung Turki, oposisi Sunni kini menguasai Suriah tengah, dari perbatasan utara dengan Turki hingga perbatasan selatan dengan Yordania. Kelompok ini terdiri dari faksi-faksi yang beragam, termasuk mantan jihadis dari ISIS dan al-Qaeda, hingga kelompok sekuler seperti Tentara Nasional Suriah yang membelot dari tentara Assad pada 2011.  

Namun, sejarah konflik internal di antara faksi-faksi ini memunculkan keraguan tentang kemampuan mereka membentuk pemerintahan yang stabil.  

2. Pasukan Kurdi

Kelompok Kurdi, yang menguasai wilayah timur laut Suriah, terus mendapat dukungan dari Amerika Serikat, termasuk keberadaan pangkalan militer AS di kawasan tersebut. Wilayah ini berbatasan dengan Turki dan Irak, menjadikannya kawasan strategis. Namun, dukungan AS berisiko meningkatkan ketegangan dengan Turki, yang menganggap penguatan Kurdi sebagai ancaman bagi keutuhan wilayahnya.  

3. Pasukan Alawi Pro-Assad

Faksi Alawi yang setia kepada Assad tetap bertahan di wilayah pesisir barat Suriah. Kelompok ini mempertahankan hubungan erat dengan Iran, Irak, dan Hezbollah. Wilayah ini diperkirakan menjadi benteng terakhir bagi kelompok loyalis Assad, yang dapat memperburuk ketegangan sektarian di masa mendatang.  

 

 

Pejuang oposisi merayakan runtuhnya pemerintahan Suriah di Damaskus, Suriah, Ahad (8/12/2024).  - (AP Photo/Omar Sanadiki)

Jatuhnya Assad membawa dampak besar bagi Timur Tengah dan memengaruhi kekuatan regional seperti Turki, Israel, dan Iran. Turki diperkirakan akan memperluas pengaruh politik dan militernya di Suriah, terutama setelah kemenangan sekutu oposisi Sunni. Hal ini dapat memperburuk konflik dengan kelompok Kurdi yang memperjuangkan otonomi di perbatasan.  

Israel, di sisi lain, melihat peluang strategis. Dengan terganggunya poros perlawanan Iran-Suriah-Hizbullah, jalur pasokan senjata Iran ke Hezbollah kemungkinan besar terputus. Hal ini melemahkan Hizbollah dan memberikan ruang bagi Israel untuk fokus pada ancaman Iran.  

Iran, sebagai sekutu utama Assad, menghadapi kerugian besar. Dengan runtuhnya rezim Assad dan melemahnya sekutu seperti Hamas dan Hezbollah, pengaruh regional Iran semakin terkikis.  

Meski Assad tumbang, tantangan besar masih membayangi rakyat Suriah. Tidak adanya pemerintahan yang bersatu dan diakui secara internasional membuat sanksi terhadap Suriah tetap berlaku sehingga memperburuk krisis ekonomi dan kemanusiaan.  

"Di tingkat regional, jatuhnya Assad juga memicu kekhawatiran tentang meningkatnya arus pengungsi, kekerasan lintas batas, dan ketegangan sektarian, yang dapat memengaruhi negara-negara tetangga seperti Turki, Irak, Yordania, dan Lebanon." jelas Ali Mamouri 

Bagi banyak warga Suriah, runtuhnya rezim Assad membawa harapan baru. Namun, dengan Suriah yang kini terpecah dan tidak stabil, masih harus dilihat apakah perubahan ini benar-benar membawa kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya.  

Jatuhnya Bashar al-Assad adalah momen penting dalam sejarah Timur Tengah, mengakhiri kekuasaan yang telah berlangsung selama lebih dari dua dekade. Namun, masa depan Suriah masih jauh dari jelas. Konflik internal, kepentingan regional, dan dampak global dari peristiwa ini akan terus membentuk wajah kawasan ini di tahun-tahun mendatang.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler