Kelahiran Prematur di Indonesia Tinggi, RSCM Rilis Pusat ASI
Fasilitas ini meningkatkan kualitas perawatan bayi dengan akses untuk ASI
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta merilis layanan RSCM Breast Milk & Enteral Nutrition Center di Jakarta, Rabu (18/12/2024). Layanan tersebut diadakan demi menyediakan nutrisi optimal bagi bayi prematur dan bayi yang sakit. Fasilitas ini didedikasikan sebagai pusat penyimpanan dan pengolahan ASI dan layanan nutrisi enteral.
Keberadaan fasilitas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perawatan bayi dengan memastikan akses terhadap ASI, baik dari ibu maupun donor, berlangsung dengan aman. ASI dari donor dipastikan melewati screening dan proses pasteurisasi sebelum diberikan kepada bayi. Selain penyimpanan dan pemrosesan ASI, pusat ini juga mempersiapkan nutrisi enteral khusus bagi bayi yang sulit minum atau memiliki masalah saluran cerna sehingga meningkatkan angka kesintasan bayi di seluruh usia kehamilan.
Dalam pesan menjelang proses peresmian Breast Milk & Enteral Nutrition Center di Gedung Kiara, Direktur Utama RSCM, dr Supriyanto Dharmoredjo, M.Kes menyatakan bahwa fasilitas ini merupakan salah satu penunjang yang penting untuk dikembangkan, mengingat prevelensi kelahiran prematur di Indonesia adalah 15% dari seluruh kelahiran.
Hal ini menyebabkan Indonesia didaulat sebagai negara di posisi ke-5 tertinggi di dunia dalam hal kelahiran prematur. Menurut Prof Rinawati Rohsiswatmo, sebagai dokter spesialis anak yang mendalami bidang neonatologi – cabang ilmu kesehatan anak yang berkaitan dengan bayi baru terutama bayi prematur dan bayi yang lahir sakit; alasan utama pengembangan RSCM Breast Milk & Enteral Nutrition Center adalah untuk memastikan setiap bayi mendapatkan hal terbaik di awal kehidupannya.
“ASI adalah nutrisi sempurna yang disediakan oleh alam bagi bayi, terutama bagi bayi-bayi prematur dan bayi sakit yang lahir dengan kondisi medis yang rapuh.”
Yusuke Nakata, Senior Managing Officer Pigeon Corporation mengatakan bahwa Pigeon mendukung program menyusui. ASI bukan sekedar makanan tetapi ASI adalah kehidupan. Memberikan asi pada bayi prematur mempunyai tantangan tersendiri, tidak mudah tetapi asi adalah harapan untuk bayi-bayi kecil itu.
Mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli neonatologi di 3 universitas besar Italia, Milan, Turin dan Roma, dan telah dipublikasikan di Frontier Volume 11 - 2023, dijelaskan bahwa ASI mengandung banyak faktor bioaktif, termasuk imunoglobulin, laktoferin, lisozim, dan sitokin, yang berkontribusi pada sistem kekebalan bayi dan memberikan perlindungan dari infeksi.
Faktor-faktor ini sangat penting bagi bayi prematur, yang memiliki sistem kekebalan yang belum matang dan lebih rentan terhadap infeksi. Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa pemberian ASI telah dikaitkan dengan peningkatan hasil kognitif dan perkembangan saraf pada bayi.
Ketersediaan ASI, terutama untuk bayi prematur yang lahir dengan berat badan sangat rendah, merupakan sebuah tantangan. Di berbagai tempat layanan kesehatan, bayi dengan berat badan lahir rendah mungkin tidak memiliki akses ke ASI dalam jumlah cukup, sehingga dapat menghambat perkembangan mereka. Kondisi inilah yang membuat RSCM merasa perlu mengembangkan Breast Milk & Enteral Nutrition Center sebagai bagian dari perawatan neonatal yang komprehensif.
Menurut Rinawati, idealnya satu ruangan perawatan diperuntukkan satu bayi prematur. Selain menjaga kenyaman dan privasi, juga kemungkinan penularan infeksi menjadi kecil. Tetapi hal tersebut belum dapat diterapkan di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, terlebih di RSCM sebagai rumah sakit rujukan nasional. Maka pilihan terbaik adalah membagi fasilitas dengan kategori tersebut di atas.
Rinawati sebagai penggagas Breast Milk & Enteral Nutrition Center, mengungkapkan, layanan yang diberikan di fasilitas ini tidak hanya berpusat pada bayi dan kesehatannya, melainkan edukasi dan pelatihan bagi orang tua dan pengasuh anak tentang pemberian nutrisi terbaik sesuai kondisi bayi yang mereka hadapi.
Lebih detail, Rinawati menjelaskan bahwa bayi prematur khususnya yang lahir 28-32 minggu kehamilan [very preterm premature] memiliki risiko besar mengalami Necrotizing Enterocolitis (NEC) gangguan usus yang sangat berbahaya dan sangat sering dialami bayi prematur. ASI adalah satu-satunya asupan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Sayangnya tidak semua bayi prematur bisa tercukupi oleh ASI ibunya tepat setelah kelahiran. “Jadi, jika ibu para bayi prematur ini belum dapat memberikan ASI pada bayinya, setiap instalasi NICU yang melayani para bayi prematur harus berperan mengupayakannya. Sambil menunggu ASI ibu tersedia, salah satu cara adalah dengan memberikan ASI donor. Di Indonesia hal ini belum diterima secara terbuka, sehubungan penerapan anjuran agama tertentu yang perlu memastikan identitas setiap pendonor ASI. Situasi ini menyebabkan layanan ASI donor belum optimal dilakukan di fasilitas kita,” ungkap dia.