Detik-Detik Pemakaman Rasulullah

Nabi Muhammad SAW wafat dalam usia 63 tahun.

Republika.co.id
ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW berpulang ke rahmatullah pada Senin bulan Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriyah/632 Masehi. Meski harinya tidak diperdebatkan, tanggal pastinya masih dipenuhi perdebatan kalangan sejarawan. Ada yang menyatakan tanggal 2 Rabiul Awal. Ada pula yang menyebut tanggalnya adalah 12 Rabiul Awal.

Baca Juga


Yang pasti, jasad mulia Rasulullah SAW dimakamkan satu hari setelah wafatnya. Prosesi pemakaman berlangsung pada siang hari Selasa. Beliau berusia 63 tahun tatkala meninggal dunia. Saat mengembuskan napas terakhir, dirinya bersandar di pangkuan istrinya, 'Aisyah binti Abu Bakar

Orang-orang memandikan jasad Nabi SAW tanpa melepas pakaian dari badan beliau shalallahu 'alaihi wasallam. Yang melakukan prosesi tersebut adalah sepupunya, Ali bin Abi Thalib. Air yang dipakai untuk itu berasal dari sumur Ghars yang terletak di Quba. Ali dibantu al-'Abbas dan putranya, al-Fadhl.

Setelah itu, jasad Nabi SAW dilapisi kain kafan. Ali melapisi jasad beliau dengan tiga helai kain putih berbahan katun. Tidak dipakai baju kurung dan penutup kepala. Usai itu, jenazah beliau kemudian diletakkan di atas ranjang kamar 'Aisyah.

Sempat terjadi diskusi tentang di manakah jenazah sang pembawa risalah Islam itu akan dimakamkan. Ada yang menyarankan supaya pemakamannya berlangsung di kota kelahiran beliau, yakni Makkah al-Mukarramah. Bahkan, ada yang mengusulkan kota lain, yakni Baitul Maqdis di Palestina. Sebab, di sanalah ada beberapa makam utusan Allah SWT.

Abu Bakar lantas berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak ada seorang nabi pun meninggal kecuali dikubur di mana ia dicabut nyawanya." Ali membenarkan kesaksian Abu Bakar mengenai hadis tersebut.

Maka semuanya bersepakat, jenazah Rasulullah SAW akan dikubur di tempat beliau menghembuskan napas terakhir. Sebab, itulah yang diisyaratkan hadits, sebagaimana disampaikan Abu Bakar kepada hadirin. Abu Thalhah Zaid bin Sahal al-Anshari kemudian ditugaskan untuk menggali tanah tepat di bawah ranjang Rasulullah SAW yang terdapat di kamar 'Aisyah.

Momen terakhir

Ada empat orang lelaki yang memasukkan jasad mulia Rasulullah SAW ke dalam tanah. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, al-'Abbas, al-Fadhl, dan Qutsam bin 'Abbas. Semua makhluk Allah Ta'ala yang menyaksikan pemandangan itu teramat berduka. Manusia agung yang sangat dicintai telah meninggalkan dunia yang fana ini.

Turut hadir dalam prosesi tersebut ialah Muawiyah bin Abu Sufyan. Tubuhnya bergetar melihat jenazah Rasulullah SAW mulai dimasukkan ke dalam liang lahat. Betapa ingin dirinya menyampaikan salam perpisahan dan menyentuh wajah beliau untuk terakhir kalinya.

Tiba-tiba, Muawiyah mendapatkan ilham. Tanpa diketahui orang-orang di sekitarnya, ia lantas sengaja menjatuh kan cincinnya ke atas jasad Nabi SAW yang sudah berada di dalam kubur. Ketika Ali dan tiga orang lainnya hendak menimbun kuburan beliau dengan tanah, Muawiyah cepat-cepat mencegah, "Wahai Ali, aku telah menjatuhkan cincinku ke dalam sana. Kumohon, izinkanlah aku untuk mengambilnya."

Ali pun mengizinkannya. Di dalam liang lahat, Muawiyah tentu saja tidak hanya mengambil cincinnya. Dengan penuh takzim, ia men cium kening Nabi SAW. Air mata mengalir, membasahi pipinya. Perasaan sedih berkecamuk dalam dadanya

Ali kemudian memintanya untuk naik ke atas lagi, Muawiyah pun menurutinya. Mughirah bin Syu'bah menyadari bahwa putra Abu Sufyan tersebut sebenarnya sengaja menjatuhkan cincinnya ke dalam liang lahat. Sebab, dengan begitu dirinya dapat melihat wajah Rasulullah SAW untuk terakhir kalinya.

Tebersitlah keinginan dalam diri Mughirah untuk melakukan hal yang sama. Saat pandangan Ali sedang lengah, sahabat yang berasal dari Bani Tsaqif itu segera menjatuhkan cincinnya ke dalam liang lahat. Ia lalu meminta izin untuk mengambilnya.

Ali membolehkannya. Maka, turunlah Mughirah ke dalam sana, menjumpai jasad Nabi SAW. Katanya setelah mencium kening sang Khatamul Anbiya wal Mursalin, "Sungguh, aku ingin menjadi manusia terakhir yang menyentuh Rasulullah SAW." Ia lantas kembali naik ke atas.

Selesai sudah liang lahat itu ditimbun dengan tanah. Bilal bin Rabah memercikkan air bejana geriba ke atas kuburan tersebut. Dari arah kepala, ia lantas menaburi makam Nabi SAW dengan batu-batu kerikil yang diperolehnya dari halaman rumah beliau. Terakhir, kubur beliau ditinggikan sedikit, sekira satu jengkal dari permukaan tanah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler