Warga Yahudi yang Kabur dari Israel Terus Melonjak
Jumlah warga Yahudi yang kabur nyaris dua kali lipat warga Gaza yang syahid.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Jumlah warga Israel yang meninggalkan negara Zionis itu sejak Oktober 2023 dilaporkan terus melonjak. Sedemikian banyaknya sehingga eksodus tersebut memicu pertumbuhan populasi Israel melambat untuk pertamakalinya.
Biro Pusat Statistik Israel (CBS) melaporkan pada Selasa bahwa warga Israel meninggalkan negaranya dalam jumlah yang luar biasa besarnya pada 2024. Ini memicu perlambatan tajam dalam pertumbuhan penduduk di tengah perang yang berlarut-larut dan kekacauan politik dalam negeri.
Merujuk The Times of Israel mengacu CBS, 82.700 warga Israel terdaftar telah meninggalkan negaranya selama setahun terakhir. Jumlah ini melonjak dari sekitar 55.000 pada tahun sebelumnya. Angka tahun lalu itu sendirinya merupakan peningkatan tajam dari dekade sebelumnya, ketika sekitar 35.000 orang keluar setiap tahunnya.
Jumlah warga Israel yang kabur itu sejauh ini hampir dua kali lipat warga Gaza yang dibantai dalam genosida 15 bulan belakangan.
Para emigran hanya dihitung setelah mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri. Ini berarti bahwa sebagian besar dari mereka yang termasuk dalam angka tersebut benar-benar meninggalkan negara tersebut pada tahun 2023. Angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar.
Emigrasi alias keluarnya warga negara ini bisa berakibat fatal bagi keberadaan negara Zionis. Pasalnya entitas tersebut didirikan dengan migrasi kaum Yahudi sedunia sebagai tulang punggungnya ke wilayah Palestina.
Kaburnya penduduk Israel dalam jumlah luar biasa itu juga bakal membalik demografi di wilayah tersebut. Gambarannya, saat ini ada sekitar 7,7 juta imigran Yahudi dari Eropa dan Timur Tengah di seantero wilayah historis Palestina yang menjadi wilayah Israel. Sementara total populasi penduduk asli Palestina sekitar 7,5 juta.
Angka ini belum menghitung keturunan Palestina di diaspora yang angkanya mencapai 7,4 juta orang. Dalam bahasa lembaga pemerhati populasi Timur Tengah Aspen Institute Italia, ini adalah bom waktu bagi Israel.
Angka yang diterbitkan oleh kantor pemerintah Israel tahun ini menunjukkan jumlah migrasi negatif sebanyak lebih dari 10.000 orang pada bulan Oktober 2024 saja – yang berarti mereka yang meninggalkan negara tersebut satu tahun sebelumnya. Ini lonjakan ribuan kali lipat dibandingkan dengan jumlah total tujuh orang pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
Menurut biro tersebut, 23.800 warga Israel kembali ke negaranya pada 2024, dan 32.800 imigran baru tiba. Angka ini turun sekitar 15.000 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kantor sensus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa migrasi negatif telah menjadi faktor utama penurunan pertumbuhan populasi di negara tersebut menjadi 1,1 persen dari 1,6 persen pada tahun sebelumnya, dan 2,2 persen pada 2022.
Ini merupakan perlambatan pertama yang tercatat sejak tahun 2020 selama pandemi Covid-19. Biro Pusat Statistik menyatakan, "Populasi Israel diperkirakan sekitar 10 juta 27 ribu jiwa, termasuk 7,7 juta orang Yahudi, 2,1 juta orang Arab-Israel (Palestina di wilayah 1948), dan 216 ribu orang asing."
Jajak pendapat menunjukkan bahwa warga Israel semakin tidak aman dan menderita tekanan psikologis sejak operasi Topan Al-Aqsa yang dilakukan oleh perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023.
Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan oleh surat kabar Maariv pada Oktober 2024 menunjukkan bahwa hanya 49 persen warga Israel yang melaporkan merasa aman di mana mereka berada.
Jajak pendapat lain yang dilakukan oleh Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa 20% warga Yahudi Israel akan mempertimbangkan untuk meninggalkan Israel jika mereka memiliki kemampuan finansial. Menurut surat kabar yang sama, 67 persen warga Israel mendukung diakhirinya perang di Gaza.
Pada Juli lalu, tercatat bahwa jummlah warga Israel yang meninggalkan negaranya secara permanen melonjak 285 persen setelah tanggal 7 Oktober 2023, menurut data yang dipublikasikan di Times of Israel. Laporan Channel 12 News, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, menunjukkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Oktober 2023 dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Laporan terbaru mengenai eksodus warga Israel membenarkan data yang diterbitkan dua bulan setelah serangan 7 Oktober yang menunjukkan bahwa hampir setengah juta orang meninggalkan Israel. Hal ini juga menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah imigran Yahudi yang tiba di Israel.
Survei kedua terhadap warga Israel yang tinggal di luar negeri yang dilakukan pada bulan Maret oleh Universitas Ibrani atas prakarsa Organisasi Zionis Dunia mengungkapkan bahwa 80 persen mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk kembali ke Israel.
Data dari CBS menunjukkan bahwa banyak warga Israel yang memiliki pilihan untuk memiliki rumah kedua di luar negeri memilih untuk pindah pada saat konflik meningkat, mencari keamanan dan stabilitas di tempat lain. Tren ini sangat kontras dengan klaim yang dibuat oleh para pendukung Zionisme yang berpendapat bahwa Israel adalah tempat perlindungan utama bagi orang-orang Yahudi di seluruh dunia.
Terdapat juga peningkatan jumlah warga Israel yang pindah ke luar negeri pada bulan-bulan sebelum perang, di tengah protes massal terhadap rencana perombakan peradilan pemerintah, dengan peningkatan sebesar 51 persen pada Juni-September 2023 dibandingkan tahun 2022.
Meskipun pada awalnya terjadi lonjakan jumlah keberangkatan, tren tersebut dikatakan telah berbalik pada bulan-bulan berikutnya. Antara November 2023 dan Maret 2024, 30.000 warga Israel meninggalkan negaranya secara permanen, penurunan sebesar 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, terdapat penurunan sebesar 21 persen pada jumlah warga Israel yang kembali dari luar negeri selama periode ini, dengan 8.898 orang yang kembali antara Oktober 2023 dan Maret 2024 dibandingkan dengan 11.231 orang pada tahun sebelumnya.