Eks Pembantu Utama: Assad Ditipu Vladimir Putin Sebelum Digulingkan
Assad dan Putin dilaporkan sempat bertemu jelang kejatuhan rezim Suriah.
REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Mantan kepala media Suriah dan pembantu utama Bashar al-Assad mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin telah “menipu” Assad di hari-hari terakhirnya memimpin.
Berbicara kepada Mazeej Studios, sebuah podcast yang diproduksi oleh saluran Saudi Al Arabiya, Kamel Saqr mengatakan bahwa Assad berada di Moskow pada akhir November, hanya sepekan sebelum pemberontak Suriah merebut Damaskus.
Menurutnya, pemberontak telah menguasai sebagian besar Aleppo pada saat Assad bertemu Putin pada Jumat 29 November 2024. Di sana, Saqr mengatakan Assad meminta dukungan Putin dalam membantu Iran mengangkut peralatan dan dukungan untuk memperkuat posisi pemerintahnya melawan oposisi.
“Permintaan Bashar al-Assad kepada Putin adalah agar dia secara pribadi menangani transportasi udara aman yang diperlukan untuk mengirimkan bantuan militer guna mendukung atau menghentikan kemajuan oposisi Suriah,” kata Saqr.
Permintaan itu muncul ketika Iran mengurangi kehadiran pasukan dan milisinya di Suriah, dan Hizbullah setelah pukulan berat dalam pertempuran melawan Israel di Lebanon.
Saqr yakin baik Rusia maupun Iran tidak ingin melakukan intervensi besar-besaran dalam pertempuran ini. Namun Assad mengatakan kepadanya bahwa Putin telah menginstruksikan kepala stafnya untuk bersiap mendukung transportasi apa pun yang diperlukan untuk Iran di pangkalan Hmeimim Rusia di Latakia.
“Tetapi yang terjadi adalah pihak Iran mengatakan kepada Bashar al-Assad, 'kami tidak menerima sinyal apa pun untuk melanjutkan pergerakan pesawat Iran ke pangkalan Hmeimim [atau] terbang melalui wilayah udara Irak untuk mendarat di pangkalan tersebut,'” kata Saqr kepada Mazeej.
“Pertanyaannya telah disampaikan ke Moskow, tetapi tidak ada jawaban.”
Ketika ditanya apakah ini adalah 'trik Putin'" Saqr mengatakan “tidak ada penjelasan lain”.
Menurut Saqr, Iran telah mengatakan kepada Assad bahwa mereka mengirim pesawat melalui Irak. Namun diperingatkan oleh AS bahwa pesawat tersebut akan ditembak jatuh jika terus berlanjut.
Pelarian Assad
Assad kembali ke Damaskus seminggu sebelum kejatuhanny. Mantan ajudan tersebut mengatakan bahwa Turki, yang mendukung serangan pemberontak, memberi tahu Iran bahwa waktu untuk mediasi telah berakhir.
Dalam beberapa tahun terakhir Assad berulang kali menolak bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Saqr mengatakan Assad memandang pertemuan itu sebagai taktik untuk mencapai konsesi politik, meskipun ada permintaan dari Rusia dan Iran.
Saqr mengatakan Putin tidak menerima satupun panggilan Assad antara Selasa dan Kamis sebelum kejatuhannya. Meskipun telah merencanakan pidato 400 kata untuk mengatasi situasi tersebut, mantan presiden Suriah tersebut memutuskan tidak berbicara di depan umum.
Ketika pasukan pemberontak mendekati Damaskus, Assad berbicara kepada kantor medianya untuk terakhir kalinya pada Sabtu 7 Desember tentang pertemuan militer di pangkalan Hmeimim antara dia dan Rusia.
Saqr mengatakan dia yakin Assad berangkat dari bandara Damaskus melalui pesawat pribadi, mengambil jalan bypass selatan dan kemudian jalan bandara untuk mencapai bandara.
“Informasi saya menunjukkan bahwa dia tinggal di pangkalan selama beberapa jam sampai pesawat diamankan, dipersiapkan, dan lepas landas serta penerbangan ke Moskow dapat dipastikan,” tambahnya.
Rusia dan Iran adalah pendukung utama Assad selama perang saudara Suriah yang berlangsung selama 13 tahun. Assad kini dikatakan telah menerima suaka di Moskow.