Sikap Hamas Terhadap Rancangan Gencatan Senjata dari Israel
Hamas sebelumnya dilaporkan menyetujui daftar 34 tawanan untuk pertukaran tahanan.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kelompok Perlawanan Islam, Hamas, menegaskan pada Senin (13/1/2025), mereka ingin mencapai kesepakatan gencatan senjata Gaza. Dalam sebuah pernyataan, kelompok pejuang tersebut mengonfirmasi negosiasi tidak langsung, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir. Negosiasi tersebut berisi mengenai pencapaian kesepakatan yang akan mengakhiri perang Israel di Gaza dan menyelesaikan pertukaran tahanan dengan Israel dinilai berjalan dengan baik.
Hamas juga mengumumkan delegasi senior, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Kepemimpinan Mohammad Darwish, bertemu dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, untuk membahas perkembangan terbaru dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di jalur Gaza dikutip dari Al Mayadeen.
Pernyataan tersebut menyoroti bahwa selama pertemuan itu. Hamas juga menyatakan, kemajuan yang dicapai dalam beberapa hari terakhir di Doha ditinjau. Hamas menegaskan bahwa mereka mendekati upaya dan perkembangan ini dengan cara yang positif.
Sebelumnya pada Senin, seorang pejabat Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen jika Hamas dan Israel hampir mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata dan pertukaran tahanan setelah mengatasi sebagian besar rintangan.
Hamas secara konsisten menyatakan bahwa kesepakatan apa pun harus menghasilkan akhir permanen bagi perang dan penarikan pasukan pendudukan Israel dari Gaza. Sementara itu, Israel dengan tegas menyatakan tidak akan menghentikan perangnya sampai kelompok Palestina itu dibubarkan.
Hamas sebelumnya dilaporkan telah menyetujui daftar 34 tawanan untuk kesepakatan pertukaran tahanan sebagai bagian dari diskusi yang sedang berlangsung tentang gencatan senjata, seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters pada Ahad (5/1/2025).
Pejabat tersebut, yang berbicara secara anonim karena sensitivitas negosiasi, menekankan bahwa kesepakatan apa pun tetap dengan adanya syarat penarikan Israel dari Gaza dan gencatan senjata permanen.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menggambarkan negosiasi yang sedang berlangsung sebagai tahap penting. Dia mencatat bahwa kesenjangan antara kedua belah pihak secara bertahap mulai diatasi.
Ia mengatakan bahwa kemajuan telah dibuat pada sejumlah isu termasuk formula untuk pertukaran tawanan yang ditahan oleh Perlawanan Palestina. Poin kesepekatan lain yakni tentang warga Palestina yang ditahan oleh Israel dan tentang bagaimana pasukan pendudukan Israel akan bersikap di Gaza.
"Saya pikir ada peluang bagus kita bisa menutup ini... para pihak berada tepat di titik puncak untuk dapat menutup kesepakatan ini," katanya kepada wartawan. "Kami hampir mencapai kesepakatan, dan itu bisa dilakukan minggu ini. Saya tidak membuat janji atau prediksi, tetapi itu sudah ada untuk diambil, dan kami akan bekerja untuk mewujudkannya," kata Sullivan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada MSNBC bahwa para pihak lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan. Blinken mengklaim bahwa langkah selanjutnya ada di tangan Hamas. "Kami sangat berharap bisa mencapainya, akhirnya setelah sekian lama," kata Blinken, seraya menambahkan bahwa kesepakatan yang diusulkan didasarkan pada kerangka kerja yang diperkenalkan oleh Presiden AS Biden pada bulan Mei.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Biden berbicara pada Ahad dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan membahas melalui telepon upaya yang sedang dilakukan untuk mencapai kesepakatan. "Biden menekankan perlunya segera gencatan senjata di Gaza dan pengembalian para sandera dengan lonjakan bantuan kemanusiaan yang dimungkinkan oleh penghentian pertempuran berdasarkan kesepakatan tersebut," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.