Isi Surat Pengunduran Diri Pucuk Pimpinan Militer Israel yang Disusul Elite Lainnya

Herzi Halevi mengaku gagal dalam perang Gaza

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel, Herzi Halevi
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV- Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi telah mengumumkan pengunduran dirinya dari posisinya, mengawali serangkaian pengunduran diri di jajaran kepemimpinan militer Israel atas apa yang dianggap sebagai kegagalan pada tanggal 7 Oktober 2023.

Pengunduran diri Halevy akan mulai berlaku pada 6 Maret mendatang.

Dalam surat pengunduran dirinya, Halevi mengatakan bahwa "IDF gagal dalam tugas mempertahankan Israel dan negara harus membayar mahal," dikutip dari Aljazeera, Rabu (22/1/2025). 

Halevy menegaskan hal itu, "Saya bertanggung jawab atas kegagalan tentara pada 7 Oktober 2023."

Dia menambahkan, "Tanggung jawab saya atas kegagalan yang mengerikan itu menyertai saya dari hari ke hari dan dari jam ke jam.

"Kami menderita kerugian besar dan perang meninggalkan luka dan bekas luka pada banyak tentara kami dan keluarga mereka."

Kepala Staf IDF melanjutkan, tetapi pada saat yang sama dia mengklaim, "Tentara bertempur dalam perang selama berbulan-bulan dan di tujuh medan dan mencapai prestasi yang mengubah wajah Timur Tengah." 

BACA JUGA: Identitas Tentara Pembunuh Sinwar Dibobol Peretas Palestina, Israel Kebingungan

Baca Juga



"Di sisa waktu (masa kepemimpinannya), saya akan menyelesaikan investigasi dan mempertahankan mekanisme IDF untuk menghadapi tantangan keamanan," tambah Halevy.

Dia mengacu pada penyelidikan internal yang dilakukan oleh tentara Israel terkait kegagalan 7 Oktober 2023, yang dijadwalkan akan berakhir pada akhir Januari.

Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

Pada 7 Oktober 2023, faksi-faksi Palestina melakukan serangan mendadak ke permukiman yang berdekatan dengan Jalur Gaza, menewaskan dan menangkap tentara dan pemukim Israel serta menahan mereka di Jalur Gaza tanpa bisa diramalkan, dicegah, atau ditangani oleh militer Israel untuk mencegah penangkapan mereka.

Serangkaian pengunduran diri

Tak lama setelah Halevi mengumumkan pengunduran dirinya, Yaron Finkelman, komandan Komando Selatan IDF, mengumumkan pengunduran dirinya.

Dalam surat pengunduran dirinya, dia mengatakan: "Saya gagal pada 7 Oktober untuk melindungi Negev Barat," katanya, seraya menambahkan, "Kegagalan itu terukir dalam hidup saya selamanya."

Channel 13 Israel melaporkan serangkaian pengunduran diri dalam kepemimpinan IDF.

Sejumlah pejabat politik, militer dan keamanan Israel telah menyatakan bahwa mereka memikul tanggung jawab pribadi atas kegagalan mencegah serangan 7 Oktober.

Sejumlah pejabat Israel telah mengundurkan diri karena kegagalan tersebut, terutama kepala Divisi Intelijen IDF, Aharon Haleva.

Hingga saat ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Reaksi

Mengomentari pengunduran diri Halevy, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan kepala staf dan berterima kasih atas jasanya, dan mereka sepakat untuk bertemu dalam beberapa hari mendatang.

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menekankan bahwa pengunduran diri Kepala Staf tersebut sudah diperkirakan sebelumnya, terlepas dari jalannya perang.

BACA JUGA: Perburuan Tentara Israel di Brasil dan Runtuhnya Kekebalan Negara Zionis

Ben-Gvir, yang pengunduran dirinya mulai berlaku hari ini, menambahkan bahwa ia menolak tawaran untuk mengambil kredit atas pengunduran diri Halevy dengan imbalan menyetujui "kesepakatan penyerahan diri dengan Hamas", mengacu pada gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran dengan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang dimulai dua hari yang lalu.

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan bahwa dalam waktu dekat akan ada pergantian pimpinan militer dalam persiapan untuk dimulainya kembali perang.

"Kepala Staf bertanggung jawab secara militer atas bencana 7 Oktober, dan dia juga bertanggung jawab atas pemulihan IDF yang luar biasa," kata Benny Gantz, Kepala Partai Kamp Negara dan mantan menteri di Kabinet Perang Israel.

Poin Kesepakatan Gencatan Senjata - (Republika)

 

Serangan Hamas yang paling mematikan dalam sejarah Israel, mengakibatkan kematian 1.210 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka-angka resmi Israel. 
 
Serangan itu memicu perang yang telah meratakan sebagian besar Gaza. Memurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas, serangan itu menewaskan 46.913 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
 
Serangan itu, yang juga menyebabkan 251 orang disandera, membuat warga Israel trauma dan menciptakan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi para pemimpin tertinggi negara itu.
Sembilan puluh satu sandera masih ditawan, 34 di antaranya menurut militer telah tewas.
 
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah bersumpah di awal perang untuk menghancurkan Hamas dan membawa pulang semua sandera.
 
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid pada Selasa (21/1/2025) meminta Netanyahu untuk mengikuti contoh Halevi. Dia menghormati kepala militer karena mengundurkan diri.
 
"Sekarang, saatnya bagi mereka untuk bertanggung jawab dan mengundurkan diri — perdana menteri dan seluruh pemerintahannya yang membawa bencana," ujar Lapid dilansir dari Arabnews, Rabu (22/1/2025). 
 
Dia menegaskan Perdana Menteri dan seluruh jajaran pemerintahannya yang gagal harus bertanggung jawab dan mengundurkan diri.

BACA JUGA: Serangan Yaman yang Merepotkan Israel dan Jatuhnya Pamor Militer Amerika di Kawasan

Lapid menyerukan pembentukan komite investigasi resmi dan menuju pemilihan umum untuk membentuk pemerintahan yang mengembalikan kepercayaan publik, katanya.

Pemimpin Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, juga menyerukan agar Netanyahu dan para anggota pemerintahannya mengundurkan diri.

 Setelah berbulan-bulan negosiasi yang tidak membuahkan hasil, mediator Qatar dan Amerika Serikat mengumumkan gencatan senjata yang mulai berlaku mulai Ahad (19/1/2025), menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Sumber: Aljazeera

400 Hari Genosida di Gaza - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler