Presiden Interim Suriah al-Sharaa Kunjungi Saudi, Sinyal Kuat Damaskus Beralih dari Iran
Sharaa ingin membangun kembali negara itu setelah lebih dari satu dekade perang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden sementara Suriah telah melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri, dengan mengunjungi Arab Saudi. Kunjungan Ahmed al-Sharaa merupakan upaya untuk mengisyaratkan peralihan Damaskus dari Iran sebagai sekutu regional utamanya.
Ahmed al-Sharaa, yang disebut pernah bersekutu dengan Alqaidah mendarat di Riyadh bersama menteri luar negeri pemerintahnya, Asaad al-Shaibani. Kedua pria itu bepergian dengan jet Saudi, dengan bendera Saudi terlihat di atas meja di belakang mereka.
Televisi pemerintah Saudi menggembar-gemborkan fakta bahwa perjalanan pertama Sharaa, yang pertama kali dikenal secara internasional dengan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani, adalah ke Riyadh.
Bendera tiga warna dan bintang tiga Suriah yang baru berkibar di sebelah bendera Arab Saudi di bandara saat Sharaa, dengan jas dan dasi, berjalan keluar dari pesawat. Dia dijadwalkan untuk bertemu dengan putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, dalam perjalanan tersebut.
Arab Saudi merupakan salah satu negara Arab yang menggelontorkan dana ke kelompok pemberontak yang berupaya menggulingkan mantan presiden Bashar al-Assad setelah protes musim semi Arab di Suriah pada tahun 2011.
Namun, kelompok-kelompoknya justru terpukul mundur saat Assad, yang didukung oleh Iran dan Rusia, berperang hingga menemui jalan buntu di Suriah.
Kondisi itu berubah dengan serangan kilat pada Desember 2024 yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Sharaa. Mereka dengan cepat menguasai Damaskus dan menggulingkan Assad.
Sharaa dan HTS telah dengan hati-hati mengelola citra publik mereka sejak saat itu. Ia lebih menyukai tampilan militer berwarna zaitun yang mirip dengan presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
Perempuan telah ditunjuk untuk memegang peran dan Sharaa telah mencoba untuk mempertahankan hubungan dengan populasi Kristen dan Syiah Alawite di Suriah.Itu juga termasuk menjaga jarak antara Iran dan Rusia.
Langkah-langkah tersebut tampaknya ditujukan untuk meyakinkan Barat dan mencoba mencabut sanksi yang melumpuhkan terhadap Suriah.
Ia ingin membangun kembali negara itu setelah lebih dari satu dekade perang. Kemungkinan akan menelan biaya ratusan miliar dolar, belum lagi memenuhi kebutuhan rakyat Suriah, yang jutaan di antaranya masih miskin.
Menteri luar negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengunjungi Damaskus pada bulan Januari dan mengatakan Riyadh telah secara aktif terlibat dalam dialog untuk mencabut sanksi terhadap Suriah.
Arab Saudi, tidak seperti sekutu utama Sharaa di Turki dan Qatar, memulihkan hubungan dengan Assad pada 2023 bersama sebagian besar dunia Arab. Pencabutan sanksi dapat sangat membantu dalam mempererat hubungan kedua negara.
Sementara itu, pemerintah sementara Suriah masih menghadapi tantangan dari kelompok ISIS dan militan lain di negara tersebut.
Pada Sabtu, sebuah bom mobil meledak di Manbij, sebuah kota di provinsi Aleppo, Suriah, menewaskan empat warga sipil dan melukai sembilan orang, Sana melaporkan, mengutip pejabat pertahanan sipil.
Pemberontak Suriah yang didukung Turki telah merebut Manbij pada bulan Desember, bagian dari upaya Ankara untuk mengamankan wilayah Suriah yang dekat dengan perbatasannya untuk zona penyangga.