Tentara Israel Terus Bakar Rumah Penduduk, Militer Lebanon Kerahkan Pasukan ke Selatan
Israel seharusnya menyelesaikan penarikan pasukan dari Lebanon pada 26 Januari.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Militer Lebanon pada Sabtu (1/2/2025) mengumumkan, telah mengerahkan pasukan ke wilayah selatan di tengah serangan Israel yang terus meningkat.
Pengerahan pasukan itu bekerja sama dengan Komite Kuartet yang mengawasi perjanjian gencatan senjata, menurut pernyataan militer Lebanon.
Disebutkan, pasukan dikerahkan sebagai respons terhadap "agresi Israel yang terus berlanjut." Menurut pernyataan itu, Israel membakar rumah-rumah di sejumlah kota dan melancarkan dua serangan udara yang mengincar kendaraan pengangkut jenazah para syuhada.
Militer Lebanon mengimbau masyarakat untuk mematuhi instruksi resmi dari pasukan yang dikerahkan dan berkoordinasi dengan otoritas lokal demi keselamatan mereka.
Sesuai kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menyelesaikan penarikan pasukan dari Lebanon pada 26 Januari, tetapi mereka menolak melakukannya. Batas waktu penarikan pun diperpanjang hingga 18 Februari, menurut pernyataan dari pemerintah AS.
Sejak 26 Januari, sedikitnya 26 orang telah tewas dan 221 lainnya terluka oleh serangan Israel ketika penduduk berusaha kembali ke desa-desa mereka di Lebanon selatan, menurut otoritas kesehatan setempat.
Gencatan senjata itu mengakhiri perang antara Israel dan kelompok perlawanan Hizbullah yang berlangsung sejak Oktober 2023 dan telah menewaskan lebih dari 4.000 warga Lebanon.
Tentara Israel dilaporkan telah melakukan sebanyak 15 pelanggaran baru terhadap perjanjian gencatan senjata di Lebanon pada Kamis (30/1).
Pelanggaran tersebut menjadikan jumlah total pelanggaran sejak perjanjian antara kedua negara mulai berlaku 66 hari yang lalu menjadi 823, menurut statistik yang dikumpulkan oleh Anadolu berdasarkan pengumuman dari Kantor Berita Nasional Lebanon.
Menurut laporan kantor berita tersebut, pelanggaran terbaru terhadap perjanjian tersebut terkonsentrasi di wilayah Marjayoun, Bint Jbeil, dan Hasbaya di Provinsi Nabatieh di Lebanon selatan dan di distrik Tyre di Provinsi Selatan.
Di Marjayoun, dua warga sipil mengalami luka ringan akibat pesawat nirawak Israel yang menjatuhkan bom di dekat sepeda motor mereka di pinggiran desa Tallouseh.
Sebuah pesawat nirawak Israel juga menargetkan tim penyelamat Pertahanan Sipil Lebanon di desa Taybeh saat mereka menggunakan ekskavator untuk mencari orang hilang di bawah reruntuhan.
Personel pertahanan sipil harus mundur demi keselamatan mereka, dengan mesin yang terbakar akibat serangan tersebut.
Tentara Israel meluncurkan bom suar di langit di atas desa Al-Aadaissah. Pasukan Israel melakukan pembongkaran rumah dan bangunan di Kfarkela dan Tallouseh, bersamaan dengan penghancuran dengan buldoser dan penyisiran dengan senjata mesin di desa Markaba.
Sebuah rudal anti pesawat Israel dilaporkan meledak di atas desa Majdal Zoun. Pasukan Israel juga membakar sebuah peternakan ayam di dekat daerah Nzala Tal Nahas di desa Deir Mimas.
Di Bint Jbeil, tentara Israel melakukan peledakan rumah dan bangunan di daerah Al-Hariqa dekat pinggiran desa Ayta ash-Shaab.Mereka juga menembaki warga sipil yang sedang memeriksa peternakan mereka di desa Rmaych.
Di Hasbaya, artileri Israel menargetkan daerah sekitar desa Shebaa.Di Tyre, pasukan Israel melakukan operasi penghancuran dengan buldoser di desa Dhayra dan Al-Bustan.
Sebuah pesawat nirawak Israel menjatuhkan bom ke sebuah ekskavator yang sedang bekerja di desa Yaroun, tanpa ada korban luka yang dilaporkan.
Ketegangan terus meningkat karena tentara Israel tetap bertahan setelah batas waktu 60 hari untuk penarikannya dari Lebanon selatan yang telah berlalu pada Ahad (26/1) berdasarkan perjanjian gencatan senjata.
Namun, AS mengatakan bahwa Israel dan Lebanon telah sepakat untuk memperpanjang batas waktu hingga 18 Februari.
Setidaknya 26 orang tewas dan 221 lainnya terluka akibat tembakan Israel sejak Ahad (26/1) saat penduduk berusaha kembali ke desa mereka di Lebanon selatan, menurut otoritas kesehatan setempat.
Gencatan senjata yang rapuh telah berlaku sejak 27 November 2024, mengakhiri periode saling tembak antara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, yang dimulai pada 8 Oktober 2023 dan meningkat menjadi konflik skala penuh pada 23 September 2024.
Data dari Kementerian Kesehatan Lebanon menunjukkan bahwa sejak serangan Israel terhadap Lebanon dimulai pada 2023, setidaknya 4.080 orang telah tewas, termasuk perempuan, anak-anak dan petugas kesehatan, sementara 16.753 terluka.