Syarat Bagi Orang Kaya Jika Ingin Disayang Allah dan Dapat Harta yang Bertambah
Membantu orang lain justru akan mengekalkan kekayaan itu
REPUBLIKA.CO.ID,Manusia seringkali mendefinisikan rezeki sebagai harta dunia berupa uang, emas, perhiasan, rumah mewah, kendaraan mahal, dan sejenisnya. Mereka yang memiliki semua harta tersebut pun disebut sebagai orang yang kaya. Sayangnya, semua kekayaan harta dunia tersebut tidak menjadi tanda disayang Allah. Sebaliknya, jika ada orang miskin yang tidak memiliki banyak harta dunia, bukan berarti orang tersebut tidak disukai Allah SWT.
Tafsir dari Surat Saba' Ayat 39 menjelaskan bahwa mendapatkan banyak rezeki bukan tanda disayang oleh Allah SWT. Sebaliknya, jika ada orang yang mendapatkan rezeki yang terbatas, bukan berarti ia dibenci oleh Allah SWT.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
Qul inna rabbī yabsuṭur-rizqa limay yasyā'u min ‘ibādihī wa yaqdiru lah(ū), wa mā anfaqtum min syai'in fahuwa yukhlifuh(ū), wa huwa khairur-rāziqīn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki. (QS Saba' Ayat 39)
Dalam ayat ini, menurut Tafsir Kementerian Agama, Allah melapangkan rezeki dan membatasinya. Berbeda dengan ayat 36, dalam ayat 39 ini ditegaskan bahwa yang dilapangkan rezeki atau dibatasi adalah rezeki hamba-hamba-Nya. Artinya, seorang hamba Allah akan menerima ketentuan rezekinya, apakah dilapangkan atau dibatasi oleh Allah.
Dengan demikian, ayat ini membantah bahwa kelapangan rezeki itu adalah tanda Allah sayang. Sebaliknya, rezeki yang terbatas bukan berarti menandakan Allah benci. Seorang hamba Allah akan sabar bila rezekinya terbatas. Seorang hamba Allah, bila rezekinya lebih akan memperhatikan orang lain yang kekurangan. Ia tidak akan termasuk pendusta agama atau hari kemudian, sebagaimana dinyatakan ayat berikut.
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin." (QS al-Ma‘un: 1-3)
Membantu orang lain, berdasarkan ayat ini, justru akan mengekalkan kekayaan itu, bukan menghabiskannya. Membantu orang lain tidak akan membuat kita miskin, bahkan sebaliknya karena bantuan itu berarti memberdayakan orang banyak. Keberdayaan orang banyak akan membuahkan kemakmuran, sebaliknya eksploitasi masyarakat akan membuat masyarakat itu melarat.
Rasulullah SAW menginformasikan bahwa orang yang membantu orang lain didoakan oleh malaikat agar bertambah rezekinya, dan orang yang kikir didoakan oleh malaikat kehilangan harta bendanya.
Pada setiap pagi ada dua malaikat yang turun kepada hamba Allah, yang satu berdoa, “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.” Dan yang satu lagi berdoa juga, “Ya Allah, musnahkanlah harta orang yang tidak mau berinfak.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)