Sekitar 90 Ribu Jamaah Shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa di Tengah Pembatasan Ketat Israel
Otoritas Israel juga memberlakukan pembatasan ketat terhadap jamaah dari Tepi Barat.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM TIMUR -- Sekitar 90 ribu jamaah Palestina melaksanakan salat Jumat pertama di bulan Ramadan di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki. Para jamaah memadati Masjid Al-Aqsa meskipun Israel memberlakukan pembatasan ketat,
“Sekitar 90 ribu jamaah menghadiri salat Jumat di Masjid Al-Aqsa,” kata Sheikh Azzam al-Khatib, direktur jenderal Wakaf Islam di Yerusalem, kepada Anadolu.
Pada Kamis (6/3/2025), polisi Israel mengumumkan bahwa 3.000 petugas akan ditempatkan di seluruh Yerusalem Timur pada Jumat. Otoritas Israel juga memberlakukan pembatasan ketat terhadap jamaah dari Tepi Barat yang diduduki yang berusaha mencapai Yerusalem.
Saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa tentara Israel mencegah puluhan ribu warga Palestina melintasi pos pemeriksaan militer di sekitar Yerusalem untuk mencapai Al-Aqsa. Selain itu, kantor Perdana Menteri Israel juga mengumumkan bahwa hanya pria berusia di atas 55 tahun, wanita berusia di atas 50 tahun, dan anak-anak berusia di bawah 12 tahun yang diizinkan memasuki masjid.
Para jamaah juga diharuskan untuk memperoleh izin keamanan terlebih dahulu dan menjalani pemeriksaan ketat di tempat-tempat penyeberangan yang telah ditentukan. Meskipun ada pembatasan, warga Palestina dari Yerusalem dan kota-kota Arab di Israel tetap pergi ke masjid.
Kelompok relawan, termasuk penjaga Al-Aqsa, pramuka, dan tim keamanan, membantu para jamaah. Selama khotbah, Muhammad Salim Muhammad Ali, khatib Jumat Masjid Al-Aqsa, memuji tekad para jamaah untuk mencapai masjid meskipun ada pembatasan dari Israel dan mendesak upaya lebih lanjut untuk melindungi dan mengunjungi tempat suci tersebut.
Di akhir salat, para jamaah mengadakan salat jenazah bagi arwah warga Palestina yang terbunuh oleh pasukan Israel di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, otoritas Israel telah memberlakukan tindakan ketat yang membatasi akses warga Palestina dari Tepi Barat ke Yerusalem Timur.
Palestina menganggap pembatasan tersebut sebagai bagian dari upaya Israel yang lebih luas untuk melakukan Yahudisasi di Yerusalem Timur, termasuk Masjid Al-Aqsa, dan menghapus identitas Arab dan Islam di sana.