Iran Melawan Ajakan Trump, Khamenei Ogah Lucuti Nuklir dan Batasi Rudal
Negosiasi Trump dinilai hanya jadi siasat buruk untuk memaksakan kehendak AS.
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memberi sinyal akan menolak pembicaraan baru dengan rival lamanya, Amerika Serikat, terkait kesepakatan nuklir baru. Negosiasi dinilai hanya jadi siasat 'busuk' dan tak akan selesaikan masalah.
"Sejumlah pemerintah pemaksa bersikeras untuk bernegosiasi. Negosiasi semacam itu bukan bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Tujuan mereka untuk memaksakan dominasi dan memaksakan apa yang mereka inginkan," kata Khamenei melalui media sosial X pada Sabtu (8/3)
Khamenei turut menyampaikan hal serupa dalam pertemuan dengan pejabat tinggi pemerintahan dan militer di Teheran.
"Bagi pemerintah yang memaksa, negosiasi adalah sarana untuk memaksakan tuntutan baru. Iran pasti tidak akan memenuhi tuntutan baru tersebut," ucapnya dilaporkan kantor berita milik negara IRNA.
Menurut Khamenei, AS mengajukan tuntutan baru terkait kemampuan pertahanan dan kemampuan internasional negara. Paman Sam menyuruh Iran untuk tidak memproduksi nuklir hingga membantasi jangkauan rudal.
“Bagaimana mungkin ada orang yang bisa menerima hal-hal seperti itu?,” sambungnya.
Menurut IRNA, Khamenei juga mengkritik Eropa dalam kesepakatan nuklir karena menuduh Iran tidak memenuhi komitmennya berdasarkan perjanjian.
"Kalian mengatakan Iran tidak memenuhi komitmen nuklirnya. Baiklah, apakah kalian sudah memenuhi komitmen kalian?" katanya.
Pada Jumat (7/3), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa hari-hari yang menarik akan datang bagi AS dan Iran karena ia berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir baru dengan Teheran. Jika tak ada negosiasi, Trump mengancam dengan 'pilihan lain' yang kemungkinan merujuk pada aksi militer.
Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Pejabat Iran, termasuk Presiden Masoud Pezeshkian dan Menteri Luar Negeri Abbas Aragchi telah menyatakan bahwa mereka tidak akan bernegosiasi dengan AS di bawah tekanan dan ancaman.
"Selama kebijakan AS yang memberi tekanan dan ancaman maksimum terus berlanjut, kami tidak akan melakukan negosiasi langsung dengan AS," kata Aragchi dalam sebuah wawancara di Arab Saudi, Jumat.