Ayatollah Khamenei Ingatkan Negara-Negara Arab di Kawasan Teluk akan Dibom Jika Bantu AS

Ayatollah Ali Khamenei telah menetapkan Iran dalam status siaga penuh.

EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE HA
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Republik Islam Iran telah mengirimkan peringatan resmi kepada negara-negara di kawasan Teluk, bahwa mereka akan menjadi sasaran serangan balasan jika mereka membantu Amerika Serikat (AS) mengebom Iran. Aksi itu (membantu AS), "akan mendatangkan konsekuensi parah bagi mereka," kata seorang pejabat Iran mengutip pesan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dikutip Jerusalem Post, Ahad (6/4/2025).

Baca Juga


Peringatan dikirim Iran kepada Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Bahrain, hingga Turki yang mana termasuk penggunaan ruang udara negara-negara itu akan dianggap sebagai upaya membantu AS menyerang Iran. Menurut pejabat itu, Ayatollah Ali Khamenei telah menetapkan Iran dalam status siaga penuh.

Para juru bicara pemerintah dari Irak, Kuwait, UEA, Qatar, dan Bahrain tidak segera mengomentari peringatan dari Iran itu. Sementara, Menteri Luar Negeri Turki, mengatakan tidak mengetahui adanya peringatan itu, namun mengakui peringatan sejenis bisa disalurkan lewat kanal lain.

Pada Rabu (2/4/2025), media negara Iran melaporkan bahwa Kuwait telah menjamin bahwa negaranya tidak akan menerima dijadikan landasan bagi aksi agresif ke negara lain. Kemudian pada Kamis (3/4/2025), sekutu Iran, Rusia mengatakan bahwa, ancaman AS yang akan menyerang Iran tidak dapat diterima dan meminta AS untuk menahan diri.

Komandan senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Amirali Hajizadeh, sebelumnya telah mengingatkan bahwa kawasan di Timur Tengah yang dijadikan pangkalan AS akan menjadi target serangan Iran jika ikut terlibat dalam konflik nantinya. Diketahui pada 2020, Iran pernah mengebom pangkalan udara AS di Irak usai aksi pembunuhan terhadap jenderal Qassem Soleimani.

senjata mematikan Iran. - (national interest sputnik)

Presiden AS Donald Trump pada Ahad lalu, akhirnya mengeluarkan ancaman akan mengebom Iran secara besar-besaran jika negara itu menolak terlibat dalam perundingan nuklir dengan Amerika Serikat. Pernyataan itu menjadi ancaman Trump paling keras terhadap Iran sejak dia menjadi Presiden AS Januari lalu.

"Jika tidak ada kesepakatan, akan terjadi pengeboman. Pengeboman, yang belum pernah mereka alami sebelumnya, akan terjadi," kata dia dalam wawancara bersama NBC News.

Atas ancaman Trump itu, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan bereaksi. Dikutip Reuters dilansir Mehr News, Fidan mengatakan, Turki tidak tertarik dengan sumber instabilitas baru di kawasan dan tidak menginginkan AS menyerang Iran.

"Kawasan kami tidak menoleransi perang baru, sumber baru instabilitas. Dan kami tidak mengetahui tipe eskalasi apa yang mungkin muncul dari serangan (AS) itu. Sehingga kami tidak ingin melihat serangan AS terhadap Iran terjadi. Kami ingin melihat, seperti yang terjadi di masa lalu, negosiasi damai antara kedua belah pihak dan pihak-pihak terkait," kata Fidan, Sabtu (5/4/2025).

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler