Prancis akan Akui Palestina, Putra Netanyahu Sewot ke Macron: Persetan Kamu!
Netanyahu justru mendukung pernyataan putranya, Yair.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron setelah dia mengatakan bahwa Paris mungkin akan mengakui negara Palestina pada bulan Juni.
"Persetan denganmu! Ya untuk kemerdekaan Kaledonia Baru! Ya untuk kemerdekaan Polinesia Prancis! Ya untuk kemerdekaan Corsica! Ya untuk kemerdekaan Negara Basque! Ya untuk kemerdekaan Guyana Prancis!" tulisnya di X pada Sabtu (12/4/2025), tampaknya mengacaukan wilayah itu dengan Guyana Prancis, dikutip dari Middleeastmonitor, Selasa (14/4/2025).
Prancis dapat mengakui negara Palestina pada bulan Juni 2025 dalam sebuah konferensi internasional yang dipimpin bersama dengan Arab Saudi. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan hal tersebut pada Rabu (9/4/2025).
"Kita harus bergerak menuju pengakuan, dan kita akan melakukannya dalam beberapa bulan mendatang," kata Macron dalam sebuah wawancara yang disiarkan di France 5.
Macron mengatakan konferensi yang direncanakan untuk mengimplementasikan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, yang diharapkan akan berlangsung di New York, dapat menandai titik balik.
“Tujuan kami adalah untuk memimpin konferensi ini (tentang Palestina) dengan Arab Saudi pada bulan Juni, di mana kami dapat menyelesaikan gerakan pengakuan bersama oleh beberapa pihak,” kata Macron, dkutip dari Anadolu Agency, Kamis (10/4/2025)
"Ini adalah posisi Prancis, dan jelas: Ya untuk perdamaian, ya untuk keamanan Israel, ya untuk negara Palestina tanpa Hamas," dengan menekankan perlunya membebaskan semua tawanan Israel dan menetapkan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza, serta segera melanjutkan bantuan kemanusiaan, sambil berusaha mencapai solusi dua negara.
BACA JUGA: Ayat Terakhir yang Dibaca Umar Bin Khattab dan Tangisan para Sahabat Iringi Kematiannya
Macron juga menekankan bahwa satu-satunya jalan yang mungkin adalah jalan politik dan menegaskan dukungannya terhadap hak sah Palestina untuk mendirikan negara dan perdamaian, serta hak Israel untuk hidup dalam kedamaian dan keamanan, sambil mengakui hak kedua belah pihak untuk saling mengakui.
Presiden Prancis menambahkan bahwa konferensi PBB tentang solusi dua negara di New York pada bulan Juni, harus menjadi titik balik, menekankan upayanya dengan mitranya untuk mencapai tujuan penting perdamaian ini.
Pernyataannya muncul di tengah meningkatnya seruan internasional untuk resolusi politik atas konflik di Gaza, di mana Israel telah membunuh lebih dari 50 ribu orang sejak Oktober 2023, dan perselisihan Israel-Palestina yang lebih luas.
Pada Februari 2024, Macron mengatakan bahwa mengakui negara Palestina bukanlah hal yang tabu bagi Prancis, dan menggarisbawahi bahwa langkah tersebut merupakan kebutuhan moral dan politik.
“Kami berhutang kepada Palestina, yang aspirasinya telah diinjak-injak terlalu lama. Kita berhutang kepada warga Israel yang mengalami pembantaian anti-Semit terbesar di abad ini. Kami berhutang kepada sebuah wilayah yang ingin melepaskan diri dari para pemicu kekacauan dan penabur balas dendam,” ujarnya pada saat itu.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad (13/4/2025) menyatakan dukungannya kepada putranya, Yair, setelah Yair menghina Presiden Prancis Emmanuel Macron menyusul pengumumannya bahwa Paris dapat mengakui negara Palestina paling cepat pada bulan Juni.
Mendukung putranya, Perdana Menteri mengatakan dalam sebuah postingan: "Saya mencintai putra saya Yair, seorang Zionis sejati yang peduli dengan masa depan negaranya."
"Seperti setiap warga negara, dia berhak atas pendapat pribadinya, meskipun gaya tanggapannya terhadap tweet Presiden Macron yang menyerukan pembentukan negara Palestina tidak dapat saya terima."
BACA JUGA: Viral Perempuan Pukul Askar di Area Masjid Nabawi Madinah, Ini Tanggapan Arab Saudi
Dia menambahkan, "Presiden Macron sangat keliru ketika dia terus mempromosikan gagasan negara Palestina di jantung negara kita, yang satu-satunya ambisinya adalah penghancuran Negara Israel."
Palestina menyambut baik pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait rencana negaranya untuk mengakui Negara Palestina dalam beberapa bulan mendatang sebagai cerminan Prancis mematuhi hukum internasional.
“Langkah ini menunjukkan komitmen Prancis terhadap nilai-nilai internasional dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendukung hak-hak rakyat Palestina, khususnya hak mereka untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak bernegara,” demikian menurut Kementerian Luar Negeri Palestina melalui media sosial X, dipantau di Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Kemlu Palestina mendorong semua negara yang hingga kini masih belum mengakui Negara Palestina untuk mengikuti langkah Prancis dengan mengakui kedaulatan negaranya.
Saat ini, lebih dari 140 dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara.
Negara-negara anggota PBB juga diseru untuk mendukung usaha Palestina menjadi anggota penuh organisasi tersebut.
Selain itu, Palestina mengajak semua negara untuk berpartisipasi dalam konferensi internasional terkait Palestina dan implementasi solusi dua negara yang akan dipimpin bersama oleh Prancis dan Arab Saudi pada Juni mendatang.
Saat ini, 147 dari 193 negara anggota PBB mengakui negara Palestina. Bulan Mei lalu, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia bergabung dalam daftar tersebut, sehingga jumlah negara Uni Eropa yang memberikan pengakuan menjadi 10 negara. Negara lainnya adalah Bulgaria, Siprus, Malta, Hungaria, Polandia, Swedia, dan Rumania.
Beberapa negara Eropa lainnya, terutama di Eropa Timur, termasuk Ukraina, Albania, Serbia, Montenegro, dan Belarusia, juga telah mengakui kedaulatan Palestina.