Oesman Sapta: Indonesia Butuh Generasi Berkarakter Kuat
Mahasiswa sebagai generasi muda bangsa memahami dan mengamalkan empat pilar.
REPUBLIKA.CO.ID, RIAU -- Dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Provinsi Riau, Selasa (8/5), Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta menggelar kuliah kebangsaan dengan tema 'Merawat Indonesia Dengan Empat Pilar Kebangsaan' kerja sama MPR dengan Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
Acara yang digelar di aula Rusli Zainal Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau ini dihadiri Kepala Badan Pembinaan ideologi Pancasila Yudi Latief, Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI Prof. Bachtiar Aly, Wakil Rektor Universitas Riau Syapsan, para dekan, dosen dan ratusan mahasiswa berbagai fakultas Universitas Riau.
Dalam keynote speech di hadapan para peserta, Oesman Sapta mengingatkan para mahasiswa sebagai generasi muda bangsa memahami dan mengamalkan betul-betul nilai-nilai dalam Empat Pilar MPR yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pemahaman empat pilar yang baik akan memunculkan karakter bangsa yang kuat.
"Bangsa ini sangat membutuhkan generasi yang memiliki karakter kuat, dari yang sederhana saja yakni cinta keluarga terutama hormati, sayangi dan cintai ibu kita lalu dalam kontek yang luas yakni cinta pada bangsa dan negara dengan sebenarnya cinta," katanya.
Bukti pemahamam dan implementasi empat pilar, menurut OSO juga bisa dalam bentuk partisipasi aktif dalam tahun politik 2018 dan 2019 dengan memilih berdasarkan hati nurani masing-masing. Memilih parpol, caleg bahkan capres sesuai harapan bangsa, harapan rakyat yang mampu membawa bangsa dan rakyat sejahtera.
"Generasi muda bangsa yang berkarakter empat pilar juga akan menjaga generasi muda dari bahaya narkoba. Generasi muda penerus bangsa pasti akan menghindari dan menjaga diri dari narkoba karena dampaknya sangat merusak semuanya dari merusak diri sendiri. keluarga dan bangsa," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Bachtiar Aly mengungkapkan para pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan dasar-dasar berbangsa puluhan tahun lalu dan generasi saat ini tinggal merawatnya dan lebih menguatkan lagi.
"Salah satu contoh peletakan dasar berbangsa tersebut adalah soal bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan medium komunikasi yang diterima baik seluruh suku bangsa Indonesia yakni bahasa Melayu. Para pendiri bangsa sangat hebat, mereka telah menjadi teladan betapa kesatuan bangsa diatas segalanya tanpa memikirkan ego kedaerahan. Mereka memilih bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan bukanlah bahasa Jawa padahal dulu mayoritas. Inilah yang mesti diteledani generasi sekarang," ungkapnya.
Bahkan, negara-negara lain yang memiliki banyak suku bangsa dan bahasa sangat sulit menentukan satu bahasa pemersatunya karena terhalang ego kedaerahan yang sangat kuat. Indonesia bisa karena Pancasila sebagai nilai luhur bangsa telah mengakar kuat dalam perilaku dan karakter bangsa Indonesia sehingga kepentingan bersama lebih utama dibanding ego kedaerahan.