Pebisnis Kopi Aceh Tengah Sudah Melakukan Ekspor ke 15 Negara
Permintaan dunia untuk kopi Aceh sebenarnya terus mengalami peningkatan.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pebisnis kopi dari Kabupaten Aceh Tengah sudah melakukan ekspor kopi Gayo hingga ke 15 negara mulai dari Asia, Eropa hingga Amerika Serikat, pengiriman pertama dilakukan pada 2012.
"Ekspor pertama itu ke Amerika, dan sekarang sudah ada sekitar 15 negara," kata Owner Ketiara Coffee Bambang Arie Nugroho, di Aceh Tengah, Jumat (25/8/2023).
Arie menjelaskan, Ketiara sudah memulai bisnis kopinya itu sejak 2003 untuk memenuhi pasar lokal saja hingga 2008. Kemudian, tahun ini mereka baru memikirkan untuk mencari pasar yang lebih luas.
Selanjutnya, kata Arie, pada 2008 ia baru melakukan pengurusan izin ekspor. Namun, di awal itu mereka masih kesulitan mendapatkan buyer luar.
Kemudian, ia berkenalan dengan salah satu eksportir di Medan, hingga akhirnya mereka mendapatkan pembeli dari Amerika, dan datang langsung melihat kopi di Ketiara. "Akhirnya kita memulai ekspor itu pada 2012, ekspor pertama itu sebanyak sembilan ton ke Amerika," ujarnya.
Setelah itu, mereka terus mendapatkan pembeli dari berbagai negara, dari awalnya hanya sembilan ton, kini produk kopi mereka sudah dikirim ke 15 negara dengan rata-rata total 100 ton per bulan. Kata Arie, adapun pengiriman terbesar mereka dari 100 ton per bulan itu yakni 70 persen nya ke Amerika, selebihnya ke Eropa seperti Jerman, Swiss, Perancis dan lainnya.
"Ekspor juga dilakukan ke negara di Asia seperti China, Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Kalau dalam sebulan itu ada 7 kali ekspor ke semua negara tujuan," kata Arie.
Arie menuturkan, dalam mempertahankan pasar, selama ini pihaknya terus menjaga kualitas rasa kopi ekspor mereka. Bahkan, mereka tidak asal mengambil kopi petani, melainkan harus melalui proses penyortiran, penjemuran, hingga pengolahan mesin, sehingga benar-benar menghasilkan kopi terbaik.
Dirinya menambahkan, kopi ekspor ke Amerika itu harus bebas pestisida sesuai permintaan, sedangkan untuk negara lain memiliki standar pestisida rata-rata 0,3 persen. "Maka kita harus memilih kopi terbaik dari petani dan penyortiran. Saat ini kita ada 17 orang staf dan 2.000 petani binaan," kata Arie.
Sebelumnya, Kepala Kanwil Bea Cukai Perwakilan Aceh, Safuadi menyampaikan permintaan dunia untuk kopi Aceh sebenarnya terus mengalami peningkatan, maka sudah seharusnya potensi yang ada di Aceh dapat dikembangkan.
Produk kopi Aceh, kata Safuadi, sudah banyak di ekspor ke berbagai negara, dan lazimnya sejauh ini ke Amerika dan negara di Eropa, terutama Belanda. Sekarang, kopi Aceh semakin banyak diminati, dan terbukti sudah ada permintaan baru secara khusus ke Italia sebanyak 60 ribu ton kopi Aceh.
"Permintaan Italia ini prospek dan pasar baru yang harus disambut oleh Aceh (pemerintah), karena mereka sengaja datang ke Aceh untuk mencari komoditi kopi," kata Safuadi.