REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amazon akan mempekerjakan 100 ribu pekerja gudang dan pengiriman di Amerika Serikat (AS untuk menangani lonjakan pesanan online. Hal ini terkait banyaknya konsumen beralih belanja ke Amazon untuk memenuhi kebutuhan mereka selama wabah corona.
Untuk menarik karyawan baru, Amazon akan menambahkan 2 dolar AS ke upah minimum yang sebelumnya berjumlah 15 dolar AS per jam. Tambahan upah berlaku bagi pekerja AS hingga April. Sementara, pembayaran ekstra untuk karyawan per jam di Amerika Utara dan Eropa diperkirakan akan menelan biaya lebih dari 350 juta dolar AS.
"Kami ingin orang-orang tahu bahwa kami menyambut mereka ke dalam tim kami sampai semuanya kembali normal, dan mereka bisa bekerja kembali dengan pekerjaan sebelumnya setelah ini," tulis Amazon dalam pernyataan tertulisanya, dikutip reuters, Selasa (17/3).
Karyawan Amazon berfluktuasi secara musiman. Belum lama ini dilaporkan, Amazon mencapai puncak hingga memperkerjakan 798 ribu untuk pegawai penuh dan paruh waktu. Belum diketahui berapa banyak jumlah karyawan yang akan dipekerjakan saat ini apabila Amazon benar menambah 100 ribu lebih pekerja.
Seperti diketahui, jumlah pembelian daring di AS melonjak pesat hingga ke produk kebutuhan pokok rumah tangga. Hal ini disebabkan wabah corona sehingga masyarakat AS memilih untuk belanja daring.
Tak hanya Amazon, jaringan supermarket AS, seperti Albertsons, Kroger, dan Raley juga melakukan rekrutmen karyawan baru. Jaringan ritel tersebut juga kewalahan memenuhi pesanan daring. Para karyawan tersebut berasal dari mereka yang sebelumnya bekerja di restoran, biro perjalanan, hingga tempat hiburan.
Situasi belanja daring yang melonjak juga membuat jasa pengiriman United Parcel Service harus bekerja keras. Meski ada pembatasan kegiatan komersial, namun pelayanan pengiriman dengan truk dan udara masih berjalan.