Kamis 26 Mar 2020 11:21 WIB

Bintang Betelgeuse Kembali Bersinar Setelah Meredup Ekstrem

Bintang Betelgeuse sempat mengalami peredupan dan diperkirakan akan alami supernova.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto konstelasi Orion yang diambil ilmuwan Rogelio Bernal Andreo pada Oktober 2010. Betelgeuse nampak berwarna merah kekuningan pada bagian kiri bawah.
Foto: Sumber: Wikimedia Commons
Foto konstelasi Orion yang diambil ilmuwan Rogelio Bernal Andreo pada Oktober 2010. Betelgeuse nampak berwarna merah kekuningan pada bagian kiri bawah.

REPUBLIKA.CO.ID,  PENSYLVANIA -- Bintang Betelgeuse kembali cerah setelah periode peredupan yang ekstrem. Bintang ini mencapai kecerahan terukur minimum pada sekitar 7-13 Februari 2020. Kecerahannya jatuh lebih rendah dari  mag. +1.6 atau sepertiga dari kecerahan normalnya.

Bintang adalah benda langit yang kecerahannya berfluktuasi sesuai dengan pola 430 hari. Tetapi pada bulan Desember 2019, bintang mulai turun ke level terendah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga

Karena supergiant merah, Betelgeuse diperkirakan akan menjadi supernova di masa depan. Sementara beberapa astronom memperkirakan redupnya bintang bisa menjadi tanda ledakan yang akan terjadi. Bintang itu diperkirakan tidak akan mati untuk sekitar 100 ribu tahun ke depan.

Sebaliknya tampak bahwa dua siklus peredupan dan pencerahan berbaris untuk menciptakan cahaya rendah yang tidak biasa.

Dengan menggunakan pola-pola ini, para astronom dari Universitas Villanova meramalkan bintang itu akan bangkit kembali dalam waktu sepekan pada tanggal 21 Februari, sesuai dengan pemulihan yang diamati.

"Bintang itu telah berhenti meredup dan mulai perlahan mencerahkan. Jadi, episode 'redup' ini sudah berakhir."kata Edward Guinan dari Universitas Villanova, dilansir di Sky at Night, Kamis (26/3).

Tidak semua astronom meyakini hal tersebut. Sebuah makalah karya Emily Levesque dari University of Washington mengamati suhu bintang. Dari hasil pengamatannya menunjukkan perubahan mendasar ke Betelgeuse. Dan ini bukan satu-satunya bukti pergeseran bintang.

Pada bulan Desember 2019, Teleskop Sangat Besar ESO di Chili mengamati debu di sekitarnya berbeda dengan pengamatan yang dilakukan pada Januari 2019.

"Dua skenario yang sedang kami kerjakan adalah pendinginan permukaan karena aktivitas bintang yang luar biasa atau lontaran debu ke arah kami," kata Miguel Montargès, dari KU Leuven, yang melakukan pengamatan.

Menurutnya, pengetahuan kita tentang supergiant merah masih belum lengkap dan ini masih dalam proses. Jadi, kejutan masih bisa terjadi.

"Lingkup terbesar di dunia jarang melihat sesuatu yang seterang Betelgeuse! Hasilnya menakjubkan dan menarik, tetapi mereka mungkin tidak terjadi tanpa kontribusi ribuan pengamat amatir, menggunakan mata telanjang," kata astronom Prof Chris Lintott.

Menurut Lintott, ketika bintang itu memudar, ada perdebatan tentang betapa tidak biasa perilakunya. Jawabannya datang dari American Association of Variable Star Observers (AAVSO).  Pengamatan Betelgeuse merentang kembali ke abad ke-19.

Bintang merah seperti Betelgeuse tidak mudah dipantau, dan sangat terang sehingga tidak ada bintang perbandingan yang baik di dekatnya.

"Tetapi, berkat karya AAVSO, para astronom telah bergerak cepat untuk menyelidiki penurunan ini," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement