REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pada awal abad ke-7 Jepang, tanda merah terang menyala di langit malam. Orang-orang yeng melihatnya menyamakan fenomena kosmik ini dengan ekor burung pegar.
Dalam catatan tertulis masyarakat Jepang, para saksi berspekulasi tentang asal-usul kosmik 'tanda merah'. Tetapi sampai sekarang, identitas sebenarnya dari fenomena itu adalah sebuah misteri.
Dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan pekan ini di jurnal Sokendai Review of Culture and Social Studies, para astronom mengklaim aurora yang kuat menjelaskan cahaya merah yang melintas di atas Jepang pada 620 M.
"Ini adalah catatan astronomi Jepang tertua dari 'tanda merah,'" kata Ryuho Kataoka, pakar cuaca luar angkasa dan seorang profesor di Institut Nasional Riset Polar Jepang.
"Itu bisa menjadi aurora merah yang dihasilkan selama badai magnet. Namun, alasan meyakinkan belum tersedia, meskipun deskripsi telah sangat terkenal di kalangan orang Jepang sejak lama." tambahnya.
Para ilmuwan sebelumnya berspekulasi bahwa tanda merah itu dihasilkan oleh aurora, atau badai magnet. Namun, aurora biasanya tidak terlihat seperti ekor burung. Aurora biasanya muncul dalam pola seperti gelombang.
Peneliti lain berpendapat bahwa tanda merah itu disebabkan oleh komet yang meluncur di atmosfer Bumi. Namun, komet jarang berwarna merah.
Para peneliti menentukan bahwa langit Jepang lebih mungkin menampung aurora sekitar 1.500 tahun yang lalu. Studi modern telah menunjukkan bahwa badai magnet yang sangat kuat dapat menghasilkan aurora yang menampilkan bentuk selain pita dan gelombang.
"Temuan terbaru menunjukkan bahwa aurora dapat berbentuk 'ekor burung' secara khusus selama badai magnet yang hebat. Ini berarti bahwa fenomena 620 M kemungkinan merupakan aurora," kata Kataoka.
Misteri tanda merah akan jauh lebih sulit untuk dipecahkan seandainya bukan karena imajinasi dan kekhasan catatan tertulis.
"Ini adalah contoh yang menarik dan sukses bahwa sains modern dapat mengambil manfaat dari emosi Jepang kuno yang ditimbulkan ketika penampakan surga yang mengejutkan mengingatkan mereka pada burung yang dikenal," kata Kataoka.