Rabu 29 Apr 2020 03:49 WIB

Covid-19 Picu Strok pada Kelompok Muda dan Paruh Baya?

Kelompok muda dan paruh baya yang terkena strok di masa pandemi Covid-19 harus ke RS.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Gejala strok. Kelompok dewasa muda yang terkena strok di saat pandemi Covid-19 diimbau segera mencari pertolongan di rumah sakit.
Foto: republika
Gejala strok. Kelompok dewasa muda yang terkena strok di saat pandemi Covid-19 diimbau segera mencari pertolongan di rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SARS-CoV-2 sebagai virus penyebab Covid-19 dapat menyerang paru dan menyebabkan inflamasi berat. Kondisi ini menyebabkan paru terisi oleh cairan sehingga kemampuannya tersebut pun menurun.

Akan tetapi, paru bukan satu-satunya organ yang dapat diserang oleh SARS-CoV-2. Virus corona jenis baru ini juga diketahui dapat menyerang organ-organ lain, seperti ginjal, jantung, dan otak.

Baca Juga

Namun, "target" SARS-CoV-2 yang dapat mengalami kerusakan paling hebat adalah pembuluh darah. Ketika mengenai pembuluh darah, infeksi SARS-CoV-2 dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah (blood clot) atau perdarahan hebat dalam beberapa kasus.

Diwartakan Forbes, pada kelompok dewasa muda, virus ini tampaknya tidak menyerang semua pembuluh darah dari berbagai ukuran. Virus penyebab Covid-19 cenderung menyerang pembuluh darah lebih besar yang "memberi makan" bagian-bagian penting di otak yang mengatur fungsi gerak, berpikir dan bernapas.

Kondisi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah besar atau oklusi pembuluh darah besar yang berperan dalam "memberi makan" bagian-bagian penting otak tersebut. Kerusakan yang terjadi dapat bersifat permanen bila tidak terdiagnosis dan diterapi sedini mungkin.

Laporan dalam New England Journal of Medicine menungkapkan, ada lima pasien Covid-19 yang mengalami strok akibat sumbatan pada pembuluh darah besar dalam periode dua pekan. Seluruh pasien tersebut berusia di bawah 50 tahun.

Satu dari lima pasien tersebut meninggal dunia. Yang cukup mengkhawatirkan, kelima pasien Covid-19 yang mengalami strok tersebut hanya menunjukkan gejala Covid-19 ringan atau bahkan tanpa gejala.

Laporan lain juga menunjukkan adanya risiko pembentukan gumpalan darah pada pasien Covid-19 berusia muda. Sebuah penelitian terbaru dari Belanda menunjukkan adanya peningkatan angka komplikasi trombotik pada 184 pasien Covid-19 yang kritis dengan pneumonia.

Angka komplikasi trombotik tersebut mencapai 31 persen. Patologi yang mendasari meningkatnya kasus pembentukan gumpalan darah, strok, dan perdarahan pada pasien Covid-19 membutuhkan studi mendalam di tingkat molekuler.

Terlepas dari itu, risiko pembentukan gumpalan darah terkait Covid-19 saat ini sudah tampak jelas. Akan tetapi, masih cukup banayk pasien yang mengalami gejala seperti strok enggan untuk mencari pertolongan ke rumah sakit karena takut terpapar oleh Covid-19.

Orang-orang, khususnya kelompok muda, yang mengalami gejala seperti strok di saat pandemi ini diimbau untuk segera mencari pertolongan di rumah sakit. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai adalah bibir tampak miring, salah satu lengan terasa lemah dan tidak bisa diangkat tinggi, serta ucapan tidak jelas atau pelo. Penundaan ke rumah sakit setelah gejala strok muncul dapat menyebabkan konsekuensi yang permanen dan bahkan kematian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement