REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono mengatakan vaksin influenza biasanya ditinjau dalam jangka waktu tertentu agar efektivitas vaksin tetap terjaga sebab seringnya terjadi mutasi pada virus influenza.
"Vaksin influenza itu biasanya di-'review' (ditinjau) tiap tahun karena bisa jadi vaksin yang dibuat tahun lalu itu belum tentu juga efektif memberikan proteksi terhadap yang divaksin," kata Sugiono di Jakarta, Rabu (6/5).
Alasannya, katanya,strain virusnya mungkin sudah berbeda sehingga ketika divaksinasi, oke dia membentuk sistem kekebalan tetapi ketika ada virus influenza lain yang strain baru mungkin itu punya kemiripan dengan strain yang divaksin tapi ketika virusnya yang baru yang sudah bermutasi bisa jadi tubuh tidak mengenal itu, dan akhirnya terinfeksi.
Apabila efektivitasnya turun, vaksin influenza perlu diperbarui agar antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi dapat memblokir strain virus yang mungkin sudah mengalami mutasi.
Virus influenza mampu menghindari sistem kekebalan tubuh inang karena terus mengalami evolusi antigenik akibat seringnya mutasi yang terjadi.
Sebetulnya, kata Sugiono, sebagian besar mutasi yang terjadi bersifat netral atau tidak berefek apapun, akan tetapi ada pula yang menyebabkan perubahan pada protein virus sehingga virus tidak lagi dapat dihambat secara efektif oleh antibodi. Selain itu, level antibodi yang terbentuk juga lama kelamaan akan menurun setelah divaksinasi.
Dua faktor itu yakni perubahan virus itu sendiri dan penurunan level antibodi pada tubuh, menyebabkan diperlukannya vaksinasi influenza setiap tahun di banyak negara yang mengalami flu musiman (seasonal flu).
Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Ami Soebandrio mengatakan vaksin yang sudah dipasarkan pun kadang harus ditarik kembali karena dinilai tidak lagi efektif untuk melawan virus."Mungkin virusnya berubah bisa saja. Contohnya, vaksin influenza setiap enam bulan harus diganti karena virusnya berubah," ujarnya dan menambahkan, "harus juga dilihat perkembangan genetik dan fenotipenya."