Selasa 26 May 2020 00:31 WIB

Saat PSBB Usai, Amankah untuk Bertemu Teman dan Keluarga?

Tak sedikit orang yang bertanya-tanya kapan PSBB usai dan mereka bisa saling jumpa.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Silaturahim keluarga (Ilustrasi). Ketika PSBB berakhir, orang masih tetap harus mempraktikkan standar aman kesehatan seperti saat Covid-19 masih mewabah.
Foto: Republika/Darmawan
Silaturahim keluarga (Ilustrasi). Ketika PSBB berakhir, orang masih tetap harus mempraktikkan standar aman kesehatan seperti saat Covid-19 masih mewabah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) yang melanda dunia saat ini, banyak orang di berbagai negara harus mengambil keputusan yang sulit. Mulai dari tidak keluar rumah kecuali untuk urusan penting hingga tak menerima kunjungan siapapun demi mencegah penyebaran virus.

Keputusan-keputusan seperti itu juga diambil karena aturan pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah di sejumlah negara. Dalam upaya pengendalian penyebaran virus corona jenis baru, tindakan lockdown dan pembatasan sejenisnya, termasuk menjaga jarak sosial (social distancing), telah diberlakukan di banyak wilayah.

Baca Juga

Dilansir Women's Health Magazine, banyak orang yang telah bertanya-tanya kapan seluruh pembatasan akan berakhir? Tak sedikit yang ingin segera berjumpa kembali dengan keluarga maupun kerabat masing-masing.

Namun, hingga saat ini vaksin Covid-19 tampaknya masih jauh dari harapan untuk ditemukan. Seorang pakar penyakit menular dari Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh A Adalja mengatakan, jika virus tak akan hilang tanpa vaksin dan akhirnya virus menjadi toleransi risiko invidividu.

“Hingga vaksin didapatkan, tidak akan ada jumlah interaksi yang terjadi tanpa risiko penularan,” ujar Adalja.

Suzanne Willard, seorang profesor klinis di Rutgers School of Nursing juga mengatakan bahwa ini semua tentang apa risiko itu. Ia mengatakan di dunia yang sempurna, semua orang akan tetap di karantina sampai Covid19 hilang. Namun pada kenyataannya, itu tidak mungkin.

"Tidak mungkin bagi kebanyakan orang untuk tidak melihat teman dan keluarga sampai kita mendapatkan vaksin. Tujuan dari jarak sosial adalah untuk meratakan kurva dan untuk mencoba memberi komunitas medis waktu untuk mempersiapkan pasien Covid-19,” jelas Adalia.

Adalia mengatakan, meski perintah untuk tetap di rumah dan pembatasan lainnya secara bertahap telah mulai dicabut, namun Covid-19 masih ada di luar sana. Ia menggarisbawahi bahwa orang-orang harus seolah hidup berdampingan dengan virus corona jenis baru hingga vaksin ditemukan.

“Ini akan mengarah pada banyak pilihan individu dan pertukaran antara penyebaran virus dan berapa banyak kehidupan yang ingin kita lakukan,” kata Adalia.

Setelah perintah pembatasan mulai dilonggarkan hingga nanti dicabut sepenuhnya, semua orang secara teknis dapat mulai bertemu dengan kerabat dan keluarga mereka. Namun, satu yang perlu diingat bahwa ini harus dilakukan secara hati-hati.

"Covid-19 tidak menghilang secara ajaib karena para politisi memutuskan tidak apa-apa bagi Anda untuk keluar dan beraktivitas seperti biasa lagi,” ujar William Schaffner, spesialis penyakit menular dan profesor di Vanderbilt University School of Medicine.

Adalia mengatakan, pedoman jarak sosial menjadi satu hal yang masih sangat penting untuk diterapkan. Ia bahkan menilai ini sebagai satu-satunya alat untuk melawan Covid-19 dalam kondisi vaksin yang belum ditemukan.

Menyusul rencana pencabutan aturan pembatasan di sejumlah wilayah dan negara, orang-orang  telah membanjiri media sosial dengan ide-ide diadakannya pesta karantina. Namun, para ahli mengatakan itu bukanlah ide yang baik dan tepat untuk saat ini.

“Meskipun mungkin ada akhir dari pembatasan dan aturan tetap di rumah, virus masih ada di sini. Segala jenis pertemuan massal seperti pesta bisa menjadi peluang bagi virus untuk menyebar di antara orang-orang,” jelas Adalia.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) atau CDC juga secara khusus mengingatkan risiko yang dihadapi orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas, serta mereka yang tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan jangka panjang, yang berisiko tinggi terhadap penyakit parah dari Covid-19. Orang dengan berbagai kondisi lain juga dapat jatuh ke dalam kelompok berisiko tinggi dan risiko itu tidak hilang begitu saja ketika perintah untuk tetap di rumah dicabut.

Willard merekomendasikan untuk tetap menjaga jarak dengan berkomunikasi melalui telepon atau konferensi video. Jika harus menemui orang tua secara langsung, lakukan langkah-langkah keamanan yang ditetapkan selama pandemi Covid-19, yaitu gunakan masker saat berinteraksi dan pastikan kebersihan semua orang serta tempat di mana Anda dan mereka berada.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement