REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mosyan Nusaibah
Aira duduk di tepi ranjang dengan senyum tersungging indah. Hatinya penuh bunga yang sedang merekah.
"Trrrtt ... Trrrtt ... Trrrtt" HP-nya bergetar. Bergegas gadis berkerudung merah muda itu meraihnya. Dia membaca nama yang tertera di layar, Nafisa. Kemudian dia menyentuh tombol hijau.
"Hai, Naf! Kebetulan kamu telepon. Aku gak sabar mau cerita nih, kalau aku sudah menolak lamaran Kak Faqih," ucap Aira bersemangat.
"Ha! Kenapa ditolak? Apa yang kurang dari Kak Faqih, Ra? Dia soleh, smart, pekerja keras, dan anak orang kaya. Ya... Meski dia gak ganteng-ganteng amat, tapi dia manis, kok."
"Justru itu, aku sudah punya gebetan baru. Dia ganteng banget. Apalagi kalau melihatku lewat depan rumahnya, senyumnya itu loh," ucap Aira kegirangan hingga pipinya memerah.
"Emang kalian sudah ta'aruf?"
"Belum, sih. Ngobrol juga belum pernah. Tapi ... Aku sudah punya informasi bahwa dia masih jomlo. Denger-denger dia baru batal tunangan juga."
"Tunggu ... Tunggu! Batal tunangan? Ehmm, apa yang kamu maksud itu adalah Rangga yang tinggal di kompleks depan, jalan biasa kita lewat ke kampus?"
"Iya, Naf. Kok kamu tahu? Jangan bilang kamu juga naksir dia!" jawab Aira cemberut.
"Enggak, lah. Aduh, Ra! Dosa apa kamu bisa mengalami cobaan seperti ini?"
"Maksud kamu apa sih, Naf? Ngacau deh."
"Mungkin ini hukuman karena kamu sudah menolak lamaran pria soleh, dan kamu menolak dia hanya karena dia kurang ganteng di mata kamu," imbuh Nafisa.
"Naf, kamu gak asik, ah! Aku gak ngerti maksud kamu apa?"
"Dengar ya, Ra! Kamu menolak Faqih dan menaruh hati pada Rangga yang belum kamu ketahui banyak tentang dia. Kamu terpesona pada Rangga hanya karena dia selalu memberimu senyuman. Asal kamu tahu ya, Ra. Rangga itu..."
"Kok diam. Rangga kenapa, coba?" tanya Aira ketus.
"Dia... Dia itu stress, Ra. Dia depresi karena calon istrinya meninggal dunia akibat kecelakaan."
"Apa?" teriak Aira kemudian HP-nya terlepas. Dia syok, pingsan.
Tamat.