REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Matahari menembakkan suar terkuatnya pada Jumat (29/5) pagi. Ini merupakan suar terkuatnya sejak Oktober 2017. Peristiwa ini terlihat oleh Solar Dynamics Observatory (SDO) NASA yang mengamati matahari.
Suar matahari adalah semburan radiasi yang berasal dari bintik matahari. Bintik matahari memiliki medan magnet yang sangat kuat.
Seperti yang dilansir dari Space, Sabtu (30/5), para ilmuwan mengklasifikasikan suar yang kuat menjadi tiga kategori, yakni C, M dan X. Setiap tingkat 10 kali lebih kuat dibandingkan yang di bawahnya. Artinya, suar M 10 kali lebih kuat dari suar C, tetapi 10 kali lemah dari kelas X.
Suar kali ini adalah letusan tingkat M. Letusan tersebut tidak ditujukan ke Bumi, jadi tidak ada kemungkinan supercharged aurora dari potensi terkait massa ejeksi plasma surya. Namun, ledakan itu masih bisa menjadi tanda matahari sedang naik ke fase yang lebih aktif.
Pejabat NASA mengungkapkan adanya siklus 11 tahun dari aktivitas matahari. Para ilmuwan menetapkan awal siklus baru pada 'minimum matahari', saat bintik matahari paling sedikit dan aktivitas paling sedikit. Para pejabat NASA mengatakan dibutuhkan setidaknya enam bulan pengamatan matahari dan penghitungan bintik matahari setelah minimal untuk mengetahui kapan itu terjadi.
Para pejabat itu menambahkan karena jumlah minimum itu ditentukan oleh jumlah bintik matahari terendah dalam satu siklus, para ilmuwan perlu melihat jumlah itu meningkat secara konsisten sebelum mereka dapat menentukan kapan tepatnya mereka di siklus bawah.
“Itu berarti solar minimum adalah contoh yang hanya dapat dikenali di belakang diperlukan waktu enam hingga 12 bulan setelah fakta untuk mengkonfirmasi kapan minimum sebenarnya telah berlalu,” ujar mereka.