Senin 08 Jun 2020 11:58 WIB

Obat Heartburn Bisa Ringankan Gejala Covid-19?

Dalam studi kecil bersifat observasional, obat heartburn ringankan gejala Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Dalam studi kecil yang bersifat observasional, pasien Covid-19 dengan gejala ringan membaik dengan pemberian obat heartburn (Ilustrasi).
Foto: Pixabay
Dalam studi kecil yang bersifat observasional, pasien Covid-19 dengan gejala ringan membaik dengan pemberian obat heartburn (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Famotidine atau yang dikenal dengan nama Pepcid termasuk obat yang dijual secara bebas untuk mengatasi heartburn (sensasi perih dan panas pada dada). Beberapa waktu lalu, obat ini diyakini efektif untuk menyembuhkan pasien infeksi virus corona jenis baru (Covid-19).

Dilansir Health 24, para peneliti melaporkan bahwa Pepcid dapat meringankan gejala-gejala yang dialami 10 pasien Covid-19. Para pasien menunjukkan kondisi yang lebih baik dalam satu atau dua hari setelah mengonsumsi obat tersebut.

Baca Juga

"Sebuah uji klinis sekarang diperlukan untuk menguji secara resmi apakah famoditine bekerja melawan Covid-19," ujar ketua tim peneliti, Tobias Jaowitz, seorang ahli kanker di  Cold Spring Harbor Laboratory di New York, Amerika Serikat (AS).

Meski demikian, penelitian yang dilakukan terhadap Pepcid masih bersifat sangat kecil. Seorang ilmuwan senior di Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore, Amerika Serikat, Amesh Adlja, menyerukan agar masyarakat tak terburu-buru untuk membeli obat sejenis itu terlebih dahulu, hingga studi lebih lanjut dilakukan.

"Ini adalah studi yang sangat kecil yang bersifat observasional. Sangat sulit untuk menarik kesimpulan apa pun darinya," ujar Adalja, dilansir Health 24, Senin (24/5).

Sebuah uji klinis di mana efektivitas Pepcid dibandingkan dengan plasebo sangat penting untuk membuktikan bahwa obat tersebut manjur dalam kasus Covid-19 dalam skala ringan hingga sedang. Adalja mengatakan, penggunaan obat dalam kasus ringan memang telah menunjukkan pemulihan yang efektif, namun tetap harus dibandingkan dengan plasebo untuk melihat apakah infeksi reda secara alami atau berkat famoditine.

Famotidine adalah H2 blocker, sejenis obat sakit maag yang bekerja dengan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan lambung. Pada awal virus corona jenis baru ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China pada Desember 2019, sejumlah dokter menemukan bahwa banyak orang tua di sana yang selamat dari Covid-19 telah menggunakan obat tersebut.

Kevin Tracey, kepala Northwell Health Feinstein Institute for Medical Research mengatakan kepada jurnal Science pada April lalu bahwa selama meninjau catatan pasien, para peneliti menemukan bahwa orang yang sembuh dari mulas kronis telah menggunakan Pepcid alih-alih omeprazole yang lebih mahal (Prilosec). Perbandingan jumlah pasien Covid-19 yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit menggunakan Pepcid terpantau sekitar setengah dari mereka yang tidak menggunakan obat, yakni 14 persen berbanding 27 persen.

Sementara itu, Janowitz mengatakan pasien yang menggunakan obat ini secara kebetulan mengalami Covid-19 yang tidak terlalu parah. Untuk penelitian baru, ia dan timnya menggunakan metode pelacakan gejala yang digunakan untuk pasien dengan kanker, di mana orang sakit memetakan bagaimana perasaan mereka dari hari ke hari.

Kelompok dalam penelitian ini mencakup enam pria dan empat perempuan yang berusia antara 23 hingga 71 tahun. Mereka berasal dari beragam latar belakang etnis dan sebagian besar memiliki kondisi kesehatan kronis yang meningkatkan risiko seseorang menderita Covid-19 yang parah.

Para peneliti mengembangkan skala 4 poin untuk lima gejala Covid-19 yang umum dan pasien mencetak gejala tersebut setiap hari. Hampir semua pasien melaporkan peningkatan gejala setelah mengonsumsi famotidine, mulai dari batuk, kelelahan, sakit kepala, kehilangan kemampuan mencium bau atau mengecap, dan sesak napas. Lima pasien juga melaporkan bahwa sakit tubuh mereka membaik setelah mulai mengambil famotidine, dengan tiga merasa  sesak dada berkurang.

"Metode ini mengukur gejala dan melacaknya dari waktu ke waktu, yang kami gunakan dalam pengobatan kanker, mungkin bisa membantu untuk memahami jalan alami Covid-19," jelas Janowitz.

Percobaan klinis efektivitas famotidine dengan Covid-19 sedang berlangsung di Northwell Health di New York City. Janowitz tidak dapat mengatakan mengapa famotidine muncul untuk membantu pasien dengan gejala Covid-19 dan apakah obat mulas lain di kelasnya juga dapat bekerja.

Secara teoretis, obat ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghambat replikasi virus corona jenis baru. Famotidine dapat berikatan dengan enzim yang dibutuhkan oleh virus untuk mereplikasi dirinya sendiri.

Uji klinis dan lebih banyak pekerjaan laboratorium akan diperlukan untuk memberi lebih banyak cahaya pada cara obat itu bekerja. Penting juga untuk melihat viral load atau biomarker lain untuk menentukan apakah ada bukti objektif bahwa efek antivirus atau kekebalan muncul berkat obat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement