Jumat 12 Jun 2020 17:04 WIB

Orang-Orang Jatuh

Nuning baru saja akan terlelap ketika melihat orang-orang jatuh bergelimpangan.

Orang-Orang Jatuh
Foto: Republika/Rendra Purnama
Orang-Orang Jatuh

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nilla A Asrudian

Nuning dengan cepat menyusupkan wajah di bawah ketiak ibunya. Ia merasa takut. Namun, rasa pena saran membuatnya sesekali mengintip. Tak jauh, tampak seorang nenek tergeletak bersama barang belanjaannya, diam tak bergerak di bawah lapak penjual tempe. Di sebelah kanan dan kiri lapak, pedagang tahu dan pedagang bumbu rempah bergegas membereskan dagangannya, menjauh dan memindahkan sementara dagangan mereka ke sebuah lapak kosong.

Orang-orang di dalam pasar berkerumun dalam jarak dua-tiga meter, menyorongkan ponsel mereka ke arah sang nenek, mengambil foto ataupun merekam video. Ada pula yang menambahkan laporan mirip wartawan peliput berita.

"Kenapa itu, Mak?" suara Nuning bergetar karena takut.

"Tidak tahu. Mungkin nenek itu belum sarapan, lemas, lalu jatuh."

"Kenapa tidak ditolong?"

"Tidak tahu," kata ibunya seraya melepaskan tangan Nuning yang sedari tadi mencengkeram pinggangnya.

"Mati mungkin, Mak?"

"Mungkin."

"Kita tolong saja, Mak. Mungkin tidak mati."

"Hush, biarkan saja. Itu orang-orang juga diam saja. Mungkin Pak Satpam pasar yang akan membantunya. Ayo, kita pulang."

"Sudah habis dagangan kita, Mak?"

"Tinggal tiga gorengan bakwan saja. Nasi kuning dan tempe goreng habis."

"Lekas, buang air di ember dan masukkan gelas-gelas ke dalamnya! Kita pulang."

"Siang nanti kamu kan harus sekolah."

Tak sampai satu pekan, Nuning menyaksikan lagi dua orang yang tergeletak tak bergerak: seorang lelaki di depan pasar dan seorang perempuan di perempatan jalan menuju rumah kontrakan yang mereka tempati. Nuning tak mengerti mengapa akhir-akhir ini banyak orang jatuh tergeletak di tempat-tempat yang tak semestinya.

Ibunya bilang, mungkin orang mabuk. Namun, apakah perempuan yang jatuh di perempatan bersama motornya juga orang mabuk? Ia tampak berbeda dari beberapa lelaki tetangganya yang suka mabuk dan tersungkur. Perempuan itu lebih mirip seorang pekerja kantoran yang berpakaian rapi dan bersih.

Sejak saat itu, Nuning selalu merengek pada ibunya untuk berlama-lama menonton orang yang tiba-tiba jatuh tergeletak di jalan. Meski pada beberapa kejadian, orang-orang itu tidak hanya diam, tetapi juga bergerak dengan gerakan yang mirip ikan hias yang kehabisan napas atau berkejat-kejat tak berdaya.

Pemandangan itu tak begitu menakutkan lagi baginya. Sebab, orang-orang juga menonton meski tak berani mendekat. Dan Nuning suka melihat orang-orang mengeluarkan ponselnya, mengambil foto ataupun merekam video, lalu memberi laporan layaknya wartawan peliput berita.

Mungkin saja, kalau ibunya memiliki ponsel bagus seperti mereka, Nuning akan meminjamnya dan ikut mengambil foto atau merekam video. Namun, sesungguhnya jika saja ibunya tidak melarang dan memarahinya, ia ingin mendekat dan mencoba membangunkan orang-orang itu agar mereka segera bangun dan tidur di rumah, bukan di jalan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement