Ahad 21 Jun 2020 07:41 WIB

IKA UPI Nilai Pandemi Covid Percepat Revolusi Industri 4.0

Percepatan terutama dalam hal digitalisasi berbagai aspek kehidupan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Pembukaan ANPRC 2019. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Foto: Republika/ Wihdan
Pembukaan ANPRC 2019. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Enggartiasto Lukita menilai, pandemi Covid-19 semakin mempercepat Revolusi Industri 4.0. Terutama, dalam hal digitalisasi berbagai aspek kehidupan. Yakni, dari mulai sistem pendidikan, perekonomian, sampai ketenagakerjaan di Indonesia.

"Sehingga, kondisi ini pun harus diantisipasi sekaligus dimanfaatkan secara cermat oleh berbagai elemen masyarakat. Terutama akademisi, dunia usaha, dan pemerintah, untuk menghindari dampak buruk pandemi sekaligus tetap memajukan berbagai bidang pembangunan," ujar Enggartiasto dalam webinar bertajuk "Pendidikan Tinggi dan Iptek: Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa" yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IKA UPI, Sabtu (20/6).

Enggar mengatakan, semua negara di dunia, saat ini sedang berupaya mengatasi wabah ini di masing-masing negaranya. Serta, sedang berupaya mempertahankan keberlangsungan berbagai sektor kehidupan, dari mulai pendidikan sampai perekonomian.

"Jadi di suatu kondisi, bagaimana kita awalnya menghadapi Revolusi Industri 4.0. Kemudian tanpa kita rencanakan, kita melakukan percepatan digitalisasi di semua aspek kehidupan sekarang ini," katanya.

Enggar mencontohkan, dalam dunia pendidikan, dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, semuanya mau atau tidak mau menjalani kegiatan belajar mengajar atau kuliah melalui media digital. Yakni, dari mulai televisi sampai internet.

Meskipun, kata dia, masih ada catatannya. Yakni, dari sisi keterjangkauan belum seluruhnya bisa menjangkau ke seluruh bagian dari negara. "Tetapi ini kita sudah mulai, bahkan sampai dengan belanja, perdagangan, dan berbagai hal lainnya melalui digital," katanya.

Menurtnya, berbicara mengenai peran teknologi semata yang mengalami percepatan penerapannya di Indonesia, namun juga terhadap mindset teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Serta, meningkatkan taraf hidup manusia dalam rangka menuju kemandirian bangsa.

"Pada masa pandemi Covid-19 ini, berbagai komponen bangsa harus lebih cerdik melihat peluang yang bisa didapatkan, minimal apa yang dilakukan sebagai antisipasi menghadapi pandemi ini menggunakan teknologi," katanya.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof Nizam, mengatakan, di tengah tekanan pandemi COVID-19 ini, tanpa terpikirkan sebelumnya, bangsa Indonesia ternyata bisa berinovasi dan menciptakan berbagai alat kesehatan untuk mengatasi wabah COVID-19.

Nizam mencontohkan di Jawa Barat, sejumlah perguruan tinggi berperan besar dalam menciptakan alat tes COVID-19 yang sama kualitasnya. Bahkan, lebih baik dibandingkan dengan produk impor dan produksi alat pelindung diri sampai ventilator yang biasanya diimpor dengan harga mahal.

Sementara di bidang inovasi, kata dia, Indonesia mampu membuat robot disinfektan sampai peralatan lainnya yang ternyata kian dilirik negara lain dan akademisi pun kemudian berkolaborasi dengan dunia perusahaan untuk memproduksinya.

"Kami kawal bersama dengan teman-teman di industri. Ini salah satu perkawinan yang luar biasa sekali yang dipicu oleh virus corona ini. Sampai kita sendiri bertanya, kok bisa kita membuat hal kreatifitas seperti itu," kata Nizam.

Selain itu, kata dia, contoh inovasi lainnya saat pandemi COVID-19 ialah alat rapid test hasil karya akademisi dalam negeri sudah diproduksi sampai 100 ribu unit. Serta, mulai dipakai oleh rumah sakit umum dan rumah sakit kampus untuk mengatasi COVID-19.

"Hal ini adalah sesuatu yang terjadi, dipaksa oleh keadaan, oleh kondisi sekarang. Ini bisa menunjukkan bahwa teknologi Merah Putih bisa kita andalkan. Ke depan harus bisa lebih kita majukan ke industri, dengan mata airnya adalah perguruan tinggi," paparnya.

Nizam menilai, merdeka belajar sendiri harus diimplementasikan oleh semua kampus bahwa mahasiswa bisa belajar langung ke dunia nyata. "Kuliah harus di bawa k edunia nyata. Misalnya, mahasiswa bisa membantu UMKM yang ada di daerah tempat tinggalnya. Mereka bisa hadir untuk membantu UMKM di daerahnya mengembangkan ekonomi digital," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement