Ahad 28 Jun 2020 23:22 WIB

Kemendikbud-ADN Dokumentasi Perubahan Sosial Akibat Pandemi

Sebanyak 300 dokumenteris telah mendokumentasikan perubahan signifikan masyarakat.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid
Foto: Republika TV/Muhamad Rifani Wibisono
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN) mendokumentasikan perubahan sosial yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Kerja sama ini dilakukan melalui program Rekam Pandemi.

"Program ini merupakan rekaman dokumentasi perubahan sosial yang sedang terjadi di masyarakat Indonesia pada masa Pandemi Covid-19, tepatnya pada April hingga Juni 2020," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan KemendikbudHilmar Farid, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad (28/6).

Baca Juga

Hilmar menjelaskan sebanyak 300 dokumenteris telah mendokumentasikan perubahan signifikan sosial dan budaya masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi global terbesar dalam kurun waktu hampir satu abad terakhir. "Selama bulan Mei-Juli 2020 akan dihasilkan 2.400 menit video pendek yang merekam tema: Belajar di Rumah, Religi dan Mitos/Mistis, Lebaran/Coronasiana, Usaha Mandiri, Perubahan Perilaku Keluarga, Gotong Royong, Kreativitas, dan Isu Lingkungan dari Aceh sampai ke Papua," katanya.

Hilmar mengatakan rekam pandemi merupakan bentuk karya dari para pekerja seni, khususnya komunitas ADN, di tengah keterbatasan akibat Covid-19. Mereka masih mampu berkontribusi melalui karya mendokumentasikan kehidupan baru setelah atau bersama Covid-19.

"Saya sudah menyaksikan rekaman dari teman-teman yang luar biasa. Hasilnya bisa melihat segi-segi kehidupan selama COVID-19 dari berbagai sudut pandang, pengalaman, dan di tempat yang berbeda-beda," ujar Hilmar.

Ragam yang ditampilkan dalam Rekam Pandemi tersebut bervariasi, baik dari segi bentuk kehidupan maupun cara ekspresinya. "Rekaman menghadapi Covid-19 akan membantu melengkapi pemahaman kita mengenai situasi yang kita hadapi bersama saat ini," ucap Hilmar.

Melalui sidang UNESCO, Hilmar menyampaikan, Rekam Pandemi ini mendapat sambutan yang baik sebagai sebuah arsip kemanusiaan yang dibuat oleh komunitas dokumenteris. "Rekamannya menurut saya sangat signifikan artinya bukan hanya secara artistik, tetapi juga secara sosial dengan kontribusi yang besar," kataHilmar.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud Ahmad Mahendra mengatakan dokumentasi itu telah diintegrasikan dengan program “Belajar dari Rumah” yang bekerja sama dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan telah diluncurkan pada 13 April 2020. "Program ini juga akan tayang di TVRI setiap Sabtu pukul 8.30 sampai jam 9 selama delapan minggu. Kemarin periode yang pertama sudah tayang,” kata Ahmad Mahendra.

Ketua ADN Tonny Trimarsanto menjelaskan program Rekam Pandemi ini setidaknya mewakili cara tutur audio visual yang sangat kaya akan budaya Indonesia. Pola perekaman yang dikemas dalam film dokumenter pendek ini dilakukan oleh anggota ADN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

"Jadi, persoalan-persoalan yang sangat lokal, spontan dan sehari-hari sebagai bagian dari perubahan sosial masyarakat pada masa pandemi ini, direkam oleh mereka yang berada terdekat dengan peristiwanya sehingga akan terasa keberagaman yang sangat kaya dari karya-karya," ujarTonny.

Tonny menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Kemendikbud yang telah mendukung ADN untuk berkarya di tengah Covid-19. “Kami sangat berterima kasih kepada Kemendikbud karena hanya dengan pola seperti inilah kawan-kawan punya ruang kreatif yang terus bisa dikelola dengan baik sekalipun situasinya sangat sulit," ujarnya.

Tony juga berharap komunitas ADN bisa terus melakukan dokumentasi karena hanya dengan itulah mereka bisa mempunyai arsip dan material yang sangat besar dan banyak. Program "Rekam Pandemi" akan tayang di TVRI setiap hari Sabtu dan Minggu mulai tanggal 20 Juni pukul 08.30, serta dapat diakses melalui situs: http://rekampandemi.kemdikbud.go.id, dan seluruh akun media sosial @budayasaya: Youtube, Facebook, dan Twitter.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement