Jumat 03 Jul 2020 00:10 WIB

Psikolog: Fanatisme Seorang Penggemar Muncul dari Hal Kecil

Fanatisme bisa masuk dalam kategori menyimpang ketika sudah menyebabkan celaka.

(Foto: ilustrasi penggemar terhadap idolanya)
Foto: Pixabay
(Foto: ilustrasi penggemar terhadap idolanya)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini, seseorang yang diduga sebagai penggemar fanatik Via Vallen dilaporkan membakar mobil milik sang idola yang terpakir di depan rumahnya. Psikolog Intan Erlita mengatakan, sikap fanatisme yang ditunjukkan oleh para penggemar terhadap idolanya ternyata bisa dikategorikan sebagai gangguan psikologis.

Menurut dia, jika sikap berlebihan itu sampai menyebabkan celaka atau hal buruk bagi sang idola maka masuk dalam kategori menyimpang. "Ya kalau sudah mengganggu atau bahkan sudah menimbulkan kecelakaan itu sudah ada yang namanya gangguan. Tapi gangguannya apa perlu ada pemeriksaan lebih lanjut," kata Intan, Kamis (2/7).

Baca Juga

Pendiri firma pelatihan profesional Hijrah Coach itu menjelaskan bahwa sikap fanatisme berlebihan fans bisa terjadi karena rasa memiliki yang terlampau besar. Apabila sang idola tidak memberikan respons sesuai yang diharapkan, maka dapat menimbulkan rasa marah, cemburu, hingga dendam.

Lebih lanjut, menurut Intan, biasanya sikap fanatisme seorang penggemar kepada idolanya dapat timbul dari hal-hal yang kecil. Kemudian dapat berkembang menjadi hal yang besar.

"Pasti gangguannya enggak langsung besar, tapi dari kecil dulu kayak DM setiap hari itu kan udah mengganggu. Terus enggak dihiraukan jadi nambah sampai mengintai. Nah itu kan makin lama makin naik perilakunya yang akhirnya mengganggu si artis atau idolanya," ujar dia.

Jika sudah seperti itu, menurut Intan, seseorang bisa bertindak jauh lebih nekat. Dia mencontohkan, dalam beberapa kasus antara fans dan idola bisa sampai berujung kematian.

"Jadi yang terjadi seperti itu ketika seseorang berlebihan untuk menyukai seseorang. Beberapa kasus bahkan sampai ada yang ditembak gitu kan. Memang karena rasa memilikinya besar, tapi dia tidak bisa memiliki, 'ya mending dia mati aja biar enggak ada siapapun yang memiliki dia', kira-kira begitu, jadi udah enggak rasional pemikirannya," kata intan yang pernah populer sebagai presenter acara olahraga itu.

Intan mengatakan, menggemari sosok atau artis bukan tindakan yang salah. Namun hal itu menjadi masalah jika sudah terlampau berlebihan dan tidak rasional dalam memperlakukan sang idola.

"Kalau hanya sekedar suka atau mengagumi boleh. Bahkan ada beberapa fans yang punya komunitas untuk support si artisnya dan ikutin yang positif dari artisnya. Itu enggak apa-apa," ungkap Intan Erlita.

Jika tindakan fans sudah terlampau berlebihan, Intan mengatakan bahwa tindakan tegas perlu diambil oleh sang artis untuk mengatasi hal tersebut. "Mungkin sudah mulai bisa menghubungi pihak kepolisian karena sudah ada rasa ketidaknyamanan, kan itu boleh untuk melaporkan walaupun tidak langsung dibawa ke ranah hukum," kata Intan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement