REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andi Nur Aminah*
Tahun ini, mendampingi dua anak menyelesaikan pendidikannya, terasa perjuangan dan kenangannya sangat beda. Pandemi Covid-19, mengubah banyak hal yang tak terduga juga mengikis rencana-rencana yang sudah tersusun rapi.
Ujian Nasional yang batal dan kepastian resminya disampaikan H-1, membuat mereka harus mengubah pola dan strategi belajar. Laptop yang ada, secara bergantian menemani hari-hari mereka. Saya pun harus rajin memantau WAG berisi orang tua dan guru kelas agar tak kehilangan informasi. Setelah kelar ujian hingga wisuda yang semua digelar secara virtual, kami pun bersiap melangkah ke urusan mendaftar-daftar ke jenjang pendidikan berikutnya.
Saya sudah sepantasnya bersyukur dan lega dengan capaian mereka. Anak pertama saya, kini sudah diterima di salah satu perguran tinggi negeri. Dia tak melalui tes dan hanya diseleksi melalui portopolio dari sekolahnya. Anak kedua, juga telah diterima salah satu SMA Negeri. Dia menembus seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur prestasi non-akademik.
Saya ingin menggarisbawahi tentang jalur prestasi ini. Putra saya, sejak kelas 8, memilih aktif di kegiatan pramuka. Dalam sepekan, ada dua atau kadang tiga hari diisinya dengan latihan. Jika akan ada perhelatan atau lomba, tak jarang dia menginap di sekolah bersama kawan-kawan dan kakak pembinanya. Sempat beberapa kali saya mengingatkannya untuk mengurangi kegiatan apalagi saat sudah kelas 9.
Suatu ketika, dia pernah menyampaikan akan sungguh-sungguh berlatih pramuka dengan target bisa mencapai pangkat Garuda. Pramuka Garuda merupakan tanda kecakapan tertinggi yang diberikan kepada seorang peserta didik pramuka jika dia telah memenuhi berbagai persyaratan.
Untuk mencapai predikat itu, tidak mudah. Dia harus digembleng cukup ketat, disiplin, mandiri dan bertanggungjawab.
Saya menyaksikan sendiri banyak kemajuan yang terduga. Di antaranya, dia lumayan mahir memasak. Juga tiba-tiba cukup rapi menjahit sendiri lambang-lambang atributnya atau memasang kancing bajunya yang copot. Keinginannya belajar dan berlatih itu semua dilakukannya, demi mengejar emblem syarat kecakapan umum di mana memasak dan menjahit harus dimilikinya.
Semuanya demi Garuda. Ya, motivasi terbesarnya adalah, jika Pramuka Garuda berhasil diraihnya, maka peluang untuk mendaftar di sekolah negeri di manapun akan terbuka. Saat menyampaikan hal itu, jujur saya terpana dan langsung memeluknya. Dalam hati saya membatin, anak ini sudah berani merancang sendiri jalannya sejak tekadnya itu ada.
Prestasi perorangan maupun Gudep sekolah satu demi satu diraihnya. Hingga akhirnya masa pelantikan Pramuka Garuda tiba, dan itu berarti dia resmi mengantongi tiket untuk mendaftar sekolah lewat jalur prestasi.
Pada PPDB 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menetapkan ada penambahan kuota jalur prestasi. Kabar tersebut tentu menggembirakan. Peraturan itu mengubah kuota jalur prestasi yang tadinya hanya 15 persen menjadi 30 persen. Artinya, peluang anak-anak yang mendaftar di jalur prestasi agar bisa lolos semakin besar.
Jalur prestasi ini pun terbagi dua. Ada prestasi akademik yang ditentukan berdasarkan nilai ujian sekolah (bukan lagi nilain UN). Lalu ada juga non-akademik dengan menggunakan hasil perlombaan atau penghargaan minimal di tingkat kabupaten/kota. Bukti atas prestasi hasil perlombaan/penghargaan itu diterbitkan paling singkat enam bulan dan paling lama tiga tahun sejak tanggal pendaftaran PPDB.
Prestasi akademik, dari dulu sudah menjadi peluang emas siswa berotak encer untuk mendaftar di sekolah-sekolah unggul. Dimasukkannya juga prestasi non-akademik adalah hal positif. Karena prestasi seorang anak tentu tak bisa hanya dinilai dari angka-angka statistik rapor saja.
Anak yang memiliki bakat seni, misalnya bersuara emas, atau melukis, menari dan lainnya, tentu patut dihargai. Begitu juga memiliki kemampuan sebagai atlet-atlet junior di bidang olahraga apapun perlu terus dipupuk. Karena kecakapan dan kemahiran anak-anak saat ini sangat berkembang mengikuti zaman. Semua itu adalah prestasi yang patut diapresiasi.
Jadi, kita para orang tua yang melihat ada bakat-bakat dan hobi menonjol pada anak, teruslah memupuknya dan memacu semangat mereka. Jangan remehkan hobi mereka. Karena dari hobi itu, anak-anak bisa menorehkan prestasi dan akan membuka jalan bagi masa depannya.
*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id