REPUBLIKA.CO.ID, STUTTGART -- Mercedes Benz cukup berambisi dalam meraih pasar mobil listrik. Bahkan, pabrikan Jerman itu menargetkan untuk mampu menghadirkan electric vehicle (EV) dengan kemampuan yang dapat disandingkan dengan Tesla.
Dilansir dari Car and Driver pada Sabtu (25/7), Mercedes Benz saat ini sedang mempersiapkan produk dengan daya jelajah yang optimal. Mengingat, daya jelajah merupakan salah satu instrumen penting bagi sebuah EV sehingga frekuensi pengisian daya baterai dapat ditekan baik saat digunakan untuk perjalanan jauh maupun dalam kota.
Komitemen Mercedes Benz itu diungkapkan oleh Chairman Daimler, Ola Källenius. Produk kasta tertinggi bernama EQS pun akan jadi produk yang dipercaya untuk mampu memberikan perlawanan untuk Tesla dari sisi daya jelajah.
Ditargetkan, produk flagship itu nantinya mampu menawarkan daya jelajah hingga 700 kilometer. Itu artinya, Mercedes Benz ingin melampaui Tesla Model S yang mengantongi catatan daya jelajah sekitar 650 kilometer.
Dengan target ini, terlihat bahwa Mercedes Benz memang serius untuk memberikan perlawanan dalam pasar EV. "Kehadiran EQS akan merubah cara pandang kita soal mobil. Produk ini sekaligus menjadi cara kami untuk menetapkan standar dalam sebuah mobil," kata Ola Källenius.
EQS merupakan produk EV pertama Mercedes yang hadir dalam wujud sedan. Sebagai flagship, produk ini akan hadir dalam pasar yang setara dengan produk S-Class.
Menjelang kehadiranya, Mercedes pun telah merilis cuplikan foto wujud dari mobil listrik dengan fitur standar keamanan tertinggi itu. Meskipun, foto yang dirilis merupakan wujud EQS yang masih dilapisi stiker kamuflase.
Sekilas, EQS terlihat memiliki sejumlah perbedaan dibandingkan dengan S-Class. Untuk mencerminkan jati diri sebagai mobil mutakhir, EQS tampil dengan desain yang lebih agresif baik dari ornamen desain serta pada bagian lampu.
Meski terlihat sedikit berbeda, tapi nantinya EQS dan S-Class akan diproduksi di pabrik yang sama. Kemungkinan, EV itu baru akan mulai diproduksi masal pada 2021.
Mercedes pun mengklaim produk ini akan hadir dengan lebih ramah lingkungan karena baterai yang digunakan adalah baterai yang diproduksi dengan netral karbon. Dengan begitu, maka penggunaan CO2 dalam pembuatan baterai dapat ditekan dengan signifikan,
Menurutnya, produksi baterai merupakan hal yang cukup menantang. "Jika terlalu banyak menggunakan CO2, maka proses produksi terbilang kurang ramah lingkungan dan bertentangan dengan tujuan utama penggunaan mobil listrik," kata Ola Källenius.