REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ilham Bintang, Jurnalis Senior
Saya mengenal pertama kali Mangga Alpukat tiga tahun lalu. Dikenalkan oleh Abu Bakar Assegaf, pengusaha besar mangga itu di Bangil. Mangga produknya dikenal juga dengan nama lain: Mangga Putar. Julukan ini menunjuk pada cara mengupasnya. Kalau mangga biasa, kulitnya dikupas dari ujung bawah ke atas. Mangga Alpukat bagian tengahnya dibelah dua.
Bagian atasnya kemudian diputar ke arah sebaliknya pada potongan lain (bawah). Jleb. Anda akan menemukan sensasi begitu potongannya terlepas. Meninggalkan geroak bekas biji mangga. Warnanya kuning mengundang selera. Gunakan sendok untuk mengambil dagingnya. Sensasinya di sini: manis mangga bercampur dengan daging lembut seperti alpukat.
Oh, iya, kini saya ingat kisah awalnya. Nama Pak Abu Bakar saya peroleh dari presenter Rahma Sarita. Di FB Rahma suatu hari saya melihat penampakan mangga alpukat itu. Rahma merekomendasikan tempat yang tepat mendapatkan: Pak Abu Bakar di Bangil. Beberapa kali saya memesan mangga. Saya suka ketepatan janji Pak Abu Bakar. Tepat waktu pengiriman, mangga sehat wal afiat sampai di tempat, dan kualitas mangganya memang tinggi.
Tapi, mangga ada musiknya. Setelah itu, kami putus kontak.
Nama Pak Abu Bakar teringat lagi hari-hari ini setelah isteri salah membeli Mangga Alpokat dari temannya. Rasa kecut, warnanya kuning pucat, beda jauh dengan mangga produk kebon Pak Abu Bakar.
Saya juga kena sekali, ada teman menawarkan, saya pun beli. Kecut dan tampilan memang kuning pucat. Diperam berapa hari pun tetap kecut, kuningnya malah memudar. Meski kemasan boksnya dibuat seakan mangga asli Bangil. Kecewa dengan pengalaman itu saya kontak Pak Abu Bakar. Rupanya, dia pun gundah dengan modus penjualan mangga yang dilabeli Mangga Alpokat dari Bangil.
“ Ampun Pak. Merusak nama Bangil, merusak reputasi mangga kebon kami, dan merugikan petani. Seenaknya mereka jualan mangga online, mangga biasa tapi diakui Mangga Alpokat. Harga pun sama, tapi rasanya kecut. Kami yang kena getahnya,” papar pemain Mangga Putar itu yang sudah puluhan tahun berkiprah di bidangnya.
Menurut Abu Bakar, Mangga Asli Kabupaten Pasuruan hanya berasal dari 4 Kecamatan : Bangil, Rembang, Sukorjo, dan Padaan sebelah Utara.
“Panen besar mangga di 4 Kecamatan di Pasuruan itu bulan Agustus nanti. Sekarang baru panen 25 %. Sedangkan yang membanjiri pasar dan dijual dengan cara on line ke Jakarta itu mangga biasa. Tapi harga sama. Mangga palsu. Banyak yang tertipu tapi komplainnya ke kami,” curhatnya.
Lalu bagaimana mengatasinya?
“Bapak orang media, bapak tulislah, “ begitu pintanya. Memelas.
Nah. Ini saya tulis. Mudah2an pedagang menginsyafi perbuatannya. Dan, pelanggan mangga Alpokat tahu masalahnya. Tidak komplain ke Pak Abu Bakar dan teman- temannya di Bangil sana. Tunggu saja sampai masa panen mangga itu tiba baru pesan. Ingat yah, saya sedang promosi produk asli petani. Jangan diplintir-plintir bilang mangga Islami.