Selasa 28 Jul 2020 04:51 WIB

​Ilmuwan Temukan Sisa-Sisa 'Nenek Moyang' Merpati

Nenek moyang merpati Tongoenas burleyi punah sejak kehadiran manusia 2.850 tahun lalu

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih
Sisa tulang spesies Tongoenas burleyi, nenek moyang merpati.
Foto: Florida Museum of Natural History
Sisa tulang spesies Tongoenas burleyi, nenek moyang merpati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan sisa-sisa spesies merpati setinggi setengah meter. Temuan tersebut kemudian oleh Zoologi dari Museum Sejarah Alam Florida, David Steadman dan Oona M. Takano dari University of New Mexico, diterbitkan dalam jurnal Zootaxa.

Spesies itu adalah Tongoenas burleyi. Spesies merpati ini menghuni pulau-pulau Tonga selama setidaknya 60 ribu tahun. Tetapi punah dalam satu atau dua abad setelah kedatangan manusia sekitar 2.850 tahun yang lalu.

Baca Juga

Menurut ilmuwan, spesies merpati ini hidup di kepulauan Pasifik yang ditemukan di enam pulau yaitu Foa, Lifuka, 'Uiha, Ha'afeva, Tongatapu, dan Eua. Nenek moyang merpati modern saat ini panjangnya sekitar 20 inci atau 50,8 cm, tidak termasuk ekor.

Nenek moyang merpati ini memiliki berat lima kali lipat lebih banyak dari rata-rata merpati kota. Meskipun ukurannya besar, Tongoenas burleyi mampu terbang.

Dilansir dari Tech Explorist pada Senin (27/7), spesies yang tinggal di kanopi ini hidup di pohon yang menghasilkan buah dan memakan buah-buahan seperti mangga, jambu biji, dan chinaberry. Para ilmuwan percaya bahwa merpati juga bertindak sebagai pembudidaya hutan yang penting dengan menyebarkan benih ke lokasi baru.

Tentang ukuran paruhnya yang besar, Tongoenas burleyi kemungkinan mampu menelan buah sebesar bola tenis. "Beberapa pohon ini memiliki buah yang besar dan berdaging, jelas disesuaikan untuk merpati besar untuk menelan utuh dan melewati bijinya," kata David Steadman.

Jika tidak ada Tongoenas burleyi kata Oona Takano, akan mengancam kelangsungan kehidupan pohon-pohon lokal yang bergantung pada merpati tersebut yang menyebarkan benihnya.

"Spesies merpati di Tonga saat ini terlalu kecil untuk memakan buah besar, yang membahayakan pohon buah tertentu," terangnya.

"Ketika mereka mulai menggali sisa-sisa T. burleyi di situs arkeologi, mereka menyadari bahwa itu adalah kepunahan yang disebabkan oleh manusia," kata Steadman.

Penulis studi juga mencatat bahwa sebelum kedatangan manusia, pulau-pulau Tonga dihuni oleh setidaknya sembilan spesies merpati dari enam genus, yang hanya ada empat spesies dalam tiga genus yang ada saat ini.

"Mengingat ada 350 spesies merpati dan merpati, orang mungkin menduga perubahan besar dalam gaya hidup ini berevolusi berkali-kali. Tapi saat ini, kami tidak memiliki bukti bahwa itu terjadi lebih dari satu kali, setidaknya di Pasifik tropis," kata Steadman.

Steadman berpendapat, bahwa spesies ini menampilkan bulu-bulu merpati lain yang cerah, bahkan mencolok, yang hidup di puncak pohon, di mana warna-warna yang kuat memberi kamuflase yang lebih baik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement