Kamis 30 Jul 2020 20:18 WIB

Belajar dari Nabi Ibrahim

Idul Adha mengandung tiga unsur kebaikan, yakni kesabaran, keikhlasan, dan ketakwaan.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Khofifah Indar Parawansa

Umat Islam di dunia sedang melaksanakan Hari Raya Idul Adha. Momen yang memiliki banyak makna. Antara lain, kesabaran, keikhlasan, dan ketakwaan. Tiga unsur itu tercermin pada kisah yang dialami Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan Nabi Ismail Alaihis Salam.

Sejarah awal munculnya ibadah qurban sudah menjadi cerita rutin. Anak kecil, dewasa, bahkan orang tua masih sering mendengar cerita itu. Kisah Nabi Ibrahim yang diperintah Allah untuk menyembelih anaknya, yakni Nabi Ismail Alaihis Salam.

Saat penyembelihan berlangsung, sosok Nabi Ismail Alaihis Salam diganti Allah dengan domba. Perintah Allah terlaksana dan Nabi Ismail Alaihis Salam tetap hidup. Cerita yang sudah dihafal umat Islam seantero dunia.

Namun belum banyak yang memahami hikmah dari peristiwa itu. Nabi Ibrahim Alaihis Salam sudah lama menantikan lahirnya anak dari rahim Siti Hajar. Cukup lama. Doa dan kesabaran Nabi Ibrahim Alaihis Salam didengar Allah. Seorang putra akhirnya lahir dan diberi nama Ismail.

Kebahagiaan yang luar biasa bagi Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Anak laki-laki yang sudah lama didambakan, ada di depan mata. Tapi kebahagiaan itu berubah menjadi rasa sedih dan galau. Yakni ketika Allah memerintah Nabi Ibrahim Alaihis Salam untuk menyembelih putranya.

photo
Seorang pedagang merawat unta-untanya yang untuk disembelih pada Idul Adha. (AP/Fareed Khan)

Kala itu, Ismail kecil adalah karunia luar biasa bagi Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Tapi Allah memintanya untuk disembelih. Sangat berat, tapi harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim Alaihis Salam menyampaikan perintah Allah itu kepada Ismail kecil. Di luar dugaan, Ismail justru mempersilakan orang tuanya menyembelih dirinya.

Dua pembelajaran muncul pada sepenggal cerita itu. Kesabaran dan ketaqwaan. Bersabar dalam mengharapkan ridho Allah. Yakni ridho untuk memiliki momongan. Lalu bersabar dalam menerima ujian Allah untuk menyembelih anak kesayangannya itu.

Pembelajaran berikutnya adalah ketaqwaan. Wujudnya, sikap Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan kesediaan Nabi Ismail Alaihis Salam untuk menjalankan perintah Allah. Teladan yang luar biasa.

Keduanya ihlas merelakan apa yang dimiliki untuk menjalankan perintah Allah. Ketaqwaan untuk mendapat ridho dari Allah SWT.

Setidaknya, pembelajaran itu bisa menjadi bekal bagi manusia pada era  Pandemi Covid-19. Penyakit datang dari Allah. Dan Allah yang menyembuhkan penyakit tersebut. Manusia hanya bisa menjalani ujian dari Allah. Termasuk ujian saat pandemi ini mewabah.

Langkah Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan Nabi Ismail Alaihis Salam yang sabar menghadapi ujian adalah guru terbaik bagi semua orang. Kesabaran akan membawa kebaikan. Dan sesungguhnya Allah selalu menyertai orang-orang yang sabar.

Dari kesabaran itu muncul rasa ihlas. Pandemi Covid-19 membawa dampak yang luar biasa. Semua sektor usaha merasakan. Pertumbuhan ekonomi melambat, aktivitas sekolah anak-anak terganggu. Begitu juga ritme kerja karyawan, banyak yang berubah.

Sabar menjadi kunci utama. Ini dalah ujian dari Allah. Mereka yang sabar adalah yang menang. Kesabaran dalam menjalani ujian akan membuahkan keihlasan. Semua itu bagian dari upaya meningkatkan ketaqwaan manusia kepada Allah.    

Selalu ada hikmah dibalik semua peristiwa. Allah juga berfirman pada surat Al Insyiroh ayat 5 dan 6 yang artinya “Sesungguhnya bersamaan dengan kesusahan dan kesempitan itu terdapat kemudahan dan kelapangan’’. Allah menekankan kalimat bersamaan. Artinya, ketika terjadi musibah, bersamaan itu pula ada kemudahan dan kelapangan.

Firman Allah yang ditujukan kepada hamba yang bertaqwa. Mari, kita jadikan momen Idul Adha sebagai pembangkit kesabaran, keihlasan, serta ketaqwaan diri. Ketiganya akan membawa manusia pada ketenangan, kepasrahan, serta ketentraman dalam menjalani hidup. Termasuk saat menghadapi wabah pandemi ini.

Kesabaran diwujudkan dengan ihtiar menjalani kebiasan baru. Kebiasaan sesuai standar protokol kesehatan. Keihlasan berada pada masa sulit dengan tanpa mengeluh dan tetap berpikir optimistis. Serta meningkatkan ketaqwaan dengan tetap berdoa, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement