REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pengamat kebijakan publik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Slamet Rosyadi mengatakan radio bisa menjadi salah satu media alternatif untuk metode pembelajaran jarak jauh. Sebab, di daerah tertentu jangkauan sinyal radio lebih luas dari internet.
Menurut dia radio merupakan media yang cukup terjangkau oleh masyarakat khususnya yang tinggal di daerah pelosok. "Radio terbilang mudah dijangkau oleh seluruh kalangan yang penting perlu ditata frekuensi yang bisa menjangkau peserta belajar dari wilayah pelosok atau desa terpencil," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (31/7).
Dia menambahkan media televisi juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk metode pembelajaran jarak jauh. "Sebenarnya media televisi juga bisa menjadi opsi lain yang dapat digunakan untuk metode pembelajaran jarak jauh. Jangkauan sinyal televisi bisa mencapai wilayah-wilayah pelosok," katanya.
Sosiolog dari Unsoed Nanang Martono mengatakan pemerintah perlu terus meningkatkan keterampilan guru dalam menjalankan pembelajaran baik secara luar jaringan maupun dalam jaringan. "Pemerintah perlu terus meningkatkan keterampilan para guru untuk menggunakan media pembelajaran luring maupun daring," katanya.
Nanang yang merupakan dosen sosiologi pendidikan FISIP Unsoed tersebut menambahkan guru juga harus memiliki bahan ajar mandiri yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didiknya. Dia juga menambahkan pembelajaran jarak jauh atau secara daring menjadi salah satu pilihan selama masa pandemi Covid-19.
"Sistem ini tentu perlu didukung banyak hal mulai dari perangkat lunak maupun perangkat keras, termasuk dukungan SDM, sementara dari pihak siswa, tentu mereka harus memiliki perangkat untuk mengakses konten pembelajaran dan menjadi sarana komunikasi antara guru dan siswa," katanya.