REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi Kesehatan Prof dr Ari Fachrial Syam SpPD mengatakan, nyeri perut bisa disebabkan oleh beberapa masalah. Penyebabnya bisa ditelusuri dari lokasi nyerinya.
Nyeri pada perut bagian kanan bawah yang disertai demam dan sakit saat berjalan, menurut Ari, berasal dari masalah usus buntu. Untuk memastikannya, penderita harus segera ke rumah sakit.
Ketika mengalami nyeri karena usus buntu, penderita tidak boleh diberikan pereda nyeri. Ari menjelaskan, obat antinyeri akan menyulitkan pemeriksaan karena pasien tak lagi mengeluhkan rasa sakit di pusat nyeri.
Sementara itu, Ari mengatakan, perempuan usia produktif terkadang harus memikirkan alternatif lainnya dari penyebab nyeri perut di bagian kanan bawah. Selain usus buntu, kehamilan ektopik terganggu (KET) atau kehamilan di luar kandungan juga bisa terjadi.
"Berapa kali teman sejawat melakukan operasi, usus buntunya tidak masalah dan ternyata ada KET, langung konsul ke dokter kebidanan dan dokter kebidanan yang menyelesaikan hal itu,” ujarnya dalam Instagram Live, Apa Kata Dokter: Kenali Nyeri Perut, Apa Penyebabnya, dan Bagaimana Mengatasinya, yang disimak di Jakarta, Selasa (5/8).
Sementara itu, rasa nyeri di bagian ulu hati, berarti masalahnya dari lambung. Ari mengingatkan untuk tidak memberikan obat antinyeri karena justru akan memperburuk masalah.
"Nyerinya mungkin hilang, tapi sebenarnya problemnya malah tambah parah. Jadi kita harus hati-hati, harus tahu dulu lokasinya,” ujarnya.
Ari menjelaskan kalau nyeri perut berulang, dengan penyebab tidak jelas maka perlu evaluasi lebih lanjut di bidang gastrointestinal dengan pemeriksaan kolonoskopi. Sebab, nyeri perut bisa dipicu oleh beberapa penyebab, termasuk tumor.
“Saya pernah mendapatkan pasien yang nyeri perut kanan, ternyata ketika dilihat ada tumor di daerah usus besar kanan," ungkapnya.
Nyeri perut juga bisa berasal dari kolik empedu, kolik ureter, atau kolik ginjal. Sederet penyebab itu bisa diatasi dengan obat penghilang sakit.
"Untuk mengurangi rasa sakit, bisa dengan parasetamol,atau asam mefanamat," tuturnya.
Ari mengungkapkan mendapati pasien nyeri perut, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Bisa jadi diperlukan pemeriksaan darah.
"Jika usia pasien di atas 60 tahun atau usia di atas 40 tahun tapi ada risiko kanker usus dari keluarga, maka akan lakukan skirining, periksa tumor marker, dan kalau perlu periksa feses ada darah samar atau tidak," jelas Ari.
Jika ditemukan darah samar, menurut Ari, maka perlu kolonoskopi. Dari situ bisa ditelusuri apakah luka saja, kolik saja, atau ada tumor.