Sabtu 15 Aug 2020 13:38 WIB

Bertahan hidup di masa Pandemi

Berbagai inovasi dan strategi pasar dilakukan untuk bertahan hidup.

Novelis Asma Nadia
Foto: Thoudy Badai_Republika
Novelis Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Asma Nadia

Seorang pengendara motor melewati rumah, berkeliling kompleks melihat kanan kiri, sesekali berteriak seolah menawarkan sesuatu namun tidak terlihat produk yang dijajakan, dan tidak terdengar  jelas apa yang disuarakan.

Pedagang keliling lain mungkin akan membawa pengeras suara, memutar lagu khas, atau mengulang-ulang rekamanan suara meneriakkan produk yang dijual. Tidak sedikit yang memberi sentuhan khusus pada kendaraan agar mereka lebih menarik perhatian.

Akan tetapi motor yang baru saja melewati rumah, justru membuat saya bertanya tanya, sebenarnya apa yang mereka sedang jajakan? Setelah mengelilingi kompleks cukup lama kendaraan roda dua itu  kembali melewati rumah kami,  suami sampai sengaja keluar terdorong rasa penasaran. Ternyata bukan satu melainkan dua pengendara  motor yang beriringan,  meneriakkan, “Pizzaaa, pizza…”

Sampai di sini masih belum istimewa.  Pikiran saya dan suami sama, mungkin mereka pekerja dari pengusaha warung pizza baru tidak jauh dari rumah. Mengingat sepanjang jalan menuju perumahan kami memang  berderet cukup banyak warung jajanan yang disulap sedemikian agar nyaman menjadi tempat nongkrong. 

Tetapi saya spontan berpandangan dengan suami, saat pengendara motor yang beriringan tersebut  di antara teriakan,  menyebutkan label pizza yang mereka jual, ternyata mereka berasal dari cabang  pizza paling terkenal di tanah air yang tanpa saya sebutkan namanya, siapa pun bisa mengira.

Suami yang tampak terkesan, melambaikan tangan. Promo yang kemudian dijelaskan cukup menggoda. Empat Loyang pizza yang dulu sebelum pandemi dihargai lumayan, sekarang dijual dengan potongan lebih dari setengah harga. Empat loyang dengan pilihan rasa berbeda ditawarkan kepada kosumen hanya dengan harga 100 ribu rupiah. Sangat murah, dan  setelah dicicipi, rasa dan kualitasnya tetap terjaga.

Sejujurnya  ini bukan kali pertama kali saya mengamati dan takjub melihat bagaimana gerak perusahaan pizza tersebut,  berjuang agar  bertahan dan tidak tergilas  di masa sulit. Ketika pandemi mulai merebak, dalam perjalanan usai menjenguk ibu, saya dan suami melihat salah satu outlet perusahaan ini membuka tenda kecil di depan restoran mewahnya,  dan meneriakkan pizza murah. Pegawai yang biasa menawarkan pesanan dengan elegan, kini terpaksa berteriak tak ubahnya menjajakan produk obralan.

Sementara memasuki  masa pelonggaran pandemi, saya kembali  mengamati bagaimana mereka menawarkan makan pizza sepuasnya dengan harga menggoda. Seingat saya belum pernah ada paket pizza untuk  dimakan sepuasnya yang ditawarkan  dengan harga semurah itu. Sampai tulisan ini dibuat mereka masih terus berjuang dengan upaya menjemput bola, melibatkan pegawai berkeliling komplek perumahan untuk menawarkan produk unggulan mereka.

Bagi saya pribadi, apa yang dilakukan perusahaan pizza terkenal tersebut adalah bentuk kreativitas bertahan hidup yang patut dijadikan pelajaran. Tidak hanya agar perusahaan bertahan, namun juga ikhtiar agar begitu banyak karyawan di berbagai cabang mereka, semoga tak perlu kehilangan pemasukan.

Di saat banyak perusahaan memilih jalan lebih mudah dengan memotong hingga setengah gaji, menghentikan aktivitas, menutup sementara, sampai melakukan pemutusan hubungan kerja, terlihat perusahaaan ini tetap mencari berbagai cara untuk tetap bertahan dan bisnis berjalan.

Mereka menyadari kondisi saat ini bukan situasi biasa, karena itu berbagai ikhtiar yang tidak biasa harus dijalankan. Mereka mengabaikan gengsi. Pegawai yang sebelumnya dilatih untuk melayani tamu di restoran yang nyaman, kini berteriak di pinggir jalan sampai  berkeliling menawarkan pizza dari rumah ke rumah.

Apakah dengan segenap upaya itu mereka menurunkan martabat?  Tidak, saya justru salut dan angkat topi pada keberanian perusahaan ini menyesuaikan diri dengan keadaan. Tidak banyak restoran yang melakukan begitu banyak upaya berjuang.

Pada prinsipnya bisnis adalah untuk  menghasilkan uang. Bagi mereka, dulu mungkin cara menghasilkan omzet dengan mempresentasikan dan mengemas restoran secara elegan.  Namun di masa corona,  di mana sebagian besar pelanggan memilih tidak makan di ruang publik, tentu presentasi produk harus dilakukan dengan cara berbeda.

Ya, bulan-bulan setelah pandemi ini banyak pembelajaran yang bisa diambil. Antara lain,  pertama kita harus berpikir bagaimana  agar bisnis bertahan. Kedua, kita pun harus  kreatif melakukan peneysuaian usaha dengan keadaan. Menjual daring,  mugkin salah satu pilihan tapi bukan satu-satunya. Restoran pizza di atas sudah punya divisi online, nomor telepon untuk pemesanan sejak lama ada, dan tidak berhenti di sana, restoran pizza tersebut pun terus berusaha melakukan inovasi, menemukan cara-cara lain. Ketiga, bagaimana sebisa mungkin meminimalisir pengeluaran yang tidak penting, terkait menyesuaikan diri dengan keadaan. Restoran pizza ini misalnya, menggunakan tenaga yang ada untuk melakukan tugas yang berbeda dari biasanya. Bukan memakai staf baru. Mereka membuang gengsi. Tidak ada tempat untuk itu sebab semua sedang kesulitan.

Ada banyak contoh lain di sekitar kita terkait upaya bertahan agar tetap memperoleh penghasilan sementara ruang gerak dan kemampuan menarik pasar terbatas. Tidak sedikit pengisi acara hiburan yang membanting stir,  pegawai yang secara serabutan sekarang ikut berdagang apa saja, memenuhi laman media sosial mereka dengan berbagai promo. Sebagian teman yang bergerak di make up artis dan pernikahan, kini membangun label baru layanan hantar makanan. Teman lain yang biasa menangani dekorasi pernikahan dan berbagai acara, kini mencoba melakukan inovasi  agar terbuka ruang lebih luas untuk tetap mendapatkan pemasukan agar bisa terus menggaji karyawan.

Semoga selain ikhtiar, tak ada yang lelah mengangkat tangan dan berdoa, khususnya bagi semua yang saat ini berjuang untuk bertahan hidup agar mampu  terus menafkahi keluarga. Pembaca yang saat ini mungkin diberi kemudahan rizki, bisa membantu dengan menjadi konsumen. Insya allah setiap upaya yang dilakukan dengan niat baik akan bermuara kemudahan dari  Allah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement