REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan masker telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari di masa pandemi Covid-19. Tiap jenis masker dan penutup wajah memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Bagaimana cara mengukurnya?
Seperti diketahui, masyarakat umum yang sehat lebih direkomendasikan untuk menggunakan masker kain saat beraktivitas sehari-hari. Akan tetapi, masker kain di pasaran memiliki desain, jumlah lapisan, hingga jenis bahan yang berbeda-beda.
Dosen senior Evidence Based Healthcare sekaligus penasihat etik universitas dari University of Portsmouth Dr Simon Kolstoe mengatakan ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengukur efektivitas masker kain. Kedua cara ini cukup sederhana dan bisa dilakukan di rumah.
Tes Vape
Tes pertama adalah tes vape. Akan tetapi, tes ini hanya disarankan untuk orang-orang yang memang menggunakan rokok elektrik ini.
Untuk melakukan tes vape, coba hembuskan asap vape sambil menggunakan masker kain. Perhatikan ke mana asap yang dihembuskan itu menyebar. Masker yang baik akan membuat asap ini menyebar ke arah atas kepala, ke arah bawah menuju area dada, dan ke arah belakang wajah.
Tanpa penggunaan masker, sebagian besar asap vape akan menghembus ke depan lalu ke bawah. Selain itu, asap vape bisa menyebar lebih jauh bila pengguna vape tak memakai masker.
Penggunaan masker juga membuat napas yang dihembuskan menjadi bergolak. Artinya, napas yang dihembuskan memang menyebar, tetapi tidak berjalan jauh.
"Tes seperti ini mungkin ideal untuk menguji berbagai desain dan kesesuaian (masker)," jelas Dr Kolstoe, seperti dilansir Woman and Home.
Tes Lilin
Bagi yang tidak merokok atau menggunakan rokok listrik, tes lilin dapat menjadi alternatif. Untuk melakukannya, gunakan masker lalu posisikan lilin yang sudah dinyalakan dengan api tepat di depan masker.
Coba hembuskan napas untuk mematikan api pada lilin. Masker yang membuat penggunanya sulit mematikan api pada lilin dinilai dapat memberikan perlindungan lebih baik.
"(Masker seperti ini) kemungkinan memberikan penghalang terbaik untuk mencegah virus keluar dan masuk melalui penutup wajah tersebut," tukas Dr Kolstoe.