Senin 31 Aug 2020 05:26 WIB

'Ide Gila' Elon Musk Sambungkan Komputer dengan Otak Manusia

Ambisi Elon Musk mengubungkan otak dan mesin dengan teknologi brain machine interface

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
CEO Tesla Elon Musk
Foto: AP Photo/John Raoux
CEO Tesla Elon Musk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha Elon Musk mengungkapkan detail perusahaan neurosains yang sebelumnya misterius bernama Neuralink. Perusahaan ini berencana menyambungkan komputer dengan otak manusia. Perkembangan teknologi yang bernuansa futuristik ini masih di tahap awal.

Namun dalam presentasi yang Musk sampaikan Jumat (28/8) lalu di Youtube menunjukkan miliuner itu ingin menanamkan robot kecil ke dalam otak melalui  tulang tengkorak. Dalam acara ini Musk memperkenalkan babi yang bernama Gertrude.

Baca Juga

Dua bulan yang lalu otak Gertrude ditanami komputer kecil. Mesin tersebut melacak aktivitas otak Gertrude secarang langsung. Musk mengatakan Badan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) telah memberikan otoritas pada perusahaannya sehingga dapat mempercepat penelitian teknologi ini untuk kepentingan medis.

Rencana Musk kali ini juga sangat ambisius. Tapi Neuralink dibangun berdasarkan penelitian terhadap hubungan antara mesin dan otak atau biasa disebut brain-machine interface yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun.

Teknologi brain-machine interface membuat otak dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan mesin seperti komputer. Tujuan utama Neuralink adalah membangun brain-machine interface yang canggih dan mampu mengolah begitu banyak data yang dapat digunakan dalam operasi sederhana.

Dibayangi kekacauan internal

Tujuan jangka pendek teknologi ini untuk membantu pasien yang memiliki masalah kesehatan spesifik. Media AS, Vox.com melaporkan penelitian Neuralink sebenarnya cukup suram.

Pengumuman besar-besaran pada Jumat lalu dibayangi keluhan para mantan karyawan perusahaan tersebut. Mereka mengeluhkan kekacauan yang terjadi di internal perusahaan. Selain itu Musk juga telah mengatakan proyek tersebut mengizinkan kera mengendalikan komputer dengan pikirannya.

Pada tahun 2019 lalu, surat kabar AS New York Times melaporkan Neuralink melakukan penelitian dengan menyambungkan 1.500 elektroda ke tikus laboratorium. Sejak itu Musk berusaha menyampaikan perkembangan penelitian-penelitian di Neuralink. Tapi sebagian besar mereka yang terlibat dalam penelitian tersebut tetap tutup mulut.

Musk menekankan teknologi Neuralink dapat mengatasi berbagai masalah saraf dan tulang belakang. Mulai dari kejang-kejang, kelumpuhan, gegar otak hingga depresi.  

"Semua itu dapat diatasi dengan teknologi sambungan saraf (neural link) yang ditanam, saraf otak seperti kabel dan Anda membutuhkan alat elektronik untuk mengatasi masalah elektronika," kata Musk.

Namun ia juga ingin Neuralink digunakan lebih dari sekedar untuk mengobati kondisi kesehatan tertentu. Ia menilai teknologi ini dapat membuka kesempatan yang lebih luas lagi bagi konsumen brain-computer interface.

Menurutnya teknologi ini membuat manusia dapat mengejar perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang semakin canggih.  Penelitian Neuralink sudah dibayangi oleh imajinasi bagaimana teknologi ini dapat mengubah kehidupan manusia seutuhnya.

Di saat yang sama juga menjadi pengingat, pada akhirnya koneksi antara manusia dan komputer akan menimbulkan pertanyaan etika dan sosial. Neuralink mendorong banyak pihak untuk segera mulai memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.  

Dilansir dari BBC, tahun lalu Neuralink menggelar ujicoba pada manusia. Mereka membangun teknologi yang memungkinkan manusia dengan masalah saraf dapat mengendalikan telepon atau komputer dengan pikirannya.

Musk berpendapat pada akhirnya chip akan membantu sektor kesehatan mengobati masalah-masalah saraf seperti dementia, Parkinson atau cedera tulang belakang.  Tapi ambisi terbesar Musk adalah memiliki 'kognisi super'.

Ambisi tersebut dilatarbelakangi ketakutannya terhadap pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan. Neuralink yang didirikan pada tahun 2016 lalu fokus membangun sistem jaringan super tipis yang membawa elektroda.

Ketika ditanam di dalam otak, jaringan tersebut akan membentuk saluran kapasitas tinggi agar komputer dapat berkomunikasi dengan otak. Sistem tersebut harus jauh lebih kuat dan canggih dibandingkan brain-machine interfaces yang sedang diteliti saat ini.

Salah satu tantangan terbesarnya adalah membuat kabel yang sangat tipis, lebih tipis dari sehelai rambut manusia. Lalu menembus jaringan tersebut ke dalam tulang tengkorak dan masuk ke dalam otak.

Karena itu Neuralink juga mengembangkan robot yang sangat kecil yang mengkoneksikan elektroda ke manusia melalui operasi yang hampir mirip dengan operasi Lasik mata.  

Dalam event Jumat lalu Musk mengatakan perusahaan berharap dapat melakukan prosedur penanaman chip tersebut tanpa membuat pasien di rawat di rumah sakit lebih dari satu malam. Tujuannya menciptakan terobosan besar terhadap penanaman brain-machine interfaces sebelumnya yang membutuhkan operasi besar.

"Kami telah mengkoneksikan sebentuk komputer dengan otak selama lebih dari 20 atau 30 tahun," kata direktur Laboratorium Stimulasi Otak Universitas Stanford,  Nolan Williams pada Vox.com.

Ia menyinggung tentang stimulasi otak yang diterapkan pada pasien penderita Parkinson. Salah satu kasus dimana otak perlu disambungkan dengan komputer.

"Otak memiliki frekuensinya sendiri dan jenis gelombang elektrik tertentu untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, otak Anda serangkaian sirkuit yang saling berinteraksi dan berkomunikasi di antara mereka sendiri," katanya.

Pada dasarnya  brain-machine interface dapat menggunakan aliran listrik dalam otak yang sudah berfungsi bersama elektroda untuk mengkoneksikan otak dengan mesin. Neuralink mencontohkan bagaimana manusia dapat menggunakan elektroda untuk mengendalikan kursor atau bagian tubuh robot mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement