REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah upaya keras kita mengadang laju penyebaran Covid-19, bencana lain datang. Banjir menerjang Ibu Kota dan sejumlah wilayah di Sukabumi, Jawa Barat.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, di Ibu Kota ada 63 RT yang terendam akibat banjir yang terjadi sejak Senin (21/9). Ribuan warga terpaksa mengungsi. Sebanyak 30 jalan di Jakarta Barat dan dua jalan di Jakarta Utara masih terendam hingga Selasa pagi.
Hujan yang mengguyur sejak Senin juga merendam tiga ke camatan di Sukabumi. Ketiga kecamatan itu adalah Kecamatan Cicurug, Parungkuda, dan Cidahu. Dua orang meninggal dan 20 orang luka-luka.
Banjir juga mengakibatkan sebanyak 234 rumah terendam, dua rumah rusak sedang, satu rumah rusak berat, dan empat rumah hanyut. Tak hanya itu, delapan unit jembatan putus di landa air bah.
Musim penghujan baru saja mulai, tapi banjir sudah terjadi. Biasanya, selama ini banjir baru dirasakan warga pada akhir tahun atau awal tahun baru.
Banjir kali ini juga begitu menyesakkan karena pada saat yang bersamaan, kita masih sibuk untuk menanggulangi Covid-19. Pemprov DKI Jakarta masih berjuang keras menekan angka penularan Covid-19 yang masih tinggi. Ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali diberlakukan demi menekan angka penularan, tiba-tiba banjir datang. Ibarat jatuh tertimpa tangga.
Kita berharap, banjir segera bisa diatasi. Tentunya sambil berharap, banjir tidak menjadi penyebab klaster baru Covid-19. Jika makin banyak warga yang mengungsi akibat banjir, akan sulit menerapkan protokol kesehatan di pengungsian.
Kita berharap pula, banjir tidak menghalangi upaya untuk menanggulangi wabah Covid-19. Penerapan PSBB sedikit banyak terpengaruh dengan adanya banjir. Karena itu, penting dilakukan langkah-langkah mengatasi banjir sambil terus memperhatikan aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam PSBB.
Tentunya, langkah-langkah strategis perlu dilakukan, baik un tuk menanggulangi dampak banjir maupun mengantisipasi banjir lanjutan, selain bagaimana agar protokol kesehatan Covid-19 tetap dijalankan. PSBB tetap dimaksimalkan, potensi banjir dimininalkan.
Musim penghujan baru dimulai dan biasanya akan berlang sung sampai awal tahun. Penting bagi warga untuk mengan tisipasi banjir kembali terjadi. Pelajaran yang kita dapat dalam banjir kali ini adalah air bah tidak menunggu datang pada akhir tahun atau awal tahun saja. Kapan saja banjir bisa terjadi.
Kita mengharapkan pemerintah provinsi dan pemerintah pu sat dapat bekerja sama dalam menanggulangi Covid-19 dan bencana banjir. Jauhkan ego pribadi. Pentingkan rakyat. Jangan sampai rakyat menderita.
Kita juga berharap, masyarakat di mana pun tetap waspada terhadap dua bencana yang sedang mengancam, Covid-19 dan banjir. Bencana Covid-19 saja sudah sangat menyusahkan, apalagi ditambah banjir.