REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mewah atau tidaknya rumah ternyata berdampak pada psikologis dan pertumbuhan anak. Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan di rumah yang lebih mewah, lebih sedikit mengalami masalah kesehatan mental.
Anak-anak itu cenderung tidak menderita kecemasan, lebih percaya diri dan lebih mampu bergaul dengan rekan-rekannya. Dalam hal ini, bukan hanya soal kekayaan dan kesejahteraan yang disorot oleh para peneliti di University College London (UCL), melainkan juga peran keluarga dalam membesarkan anak mereka.
Dr Ludovica Gambaro dan Dr Vanessa Moulton dari Pusat Studi Longitudinal UCL, melihat berbagai indikator kekayaan keluarga dari 8.500 anak yang lahir tahun 2.000-an. Peserta juga ikut serta dalam Studi Kelompok Milenium yang diakui secara internasional.
Berdasarkan hasil studi ditemukan bahwa tingginya jumlah keluarga yang mengontrak dapat memperlebar kesenjangan yang ada di Inggris. Kesenjangan yang terkait dengan seberapa kaya atau miskin orang tua mereka, selanjutnya berdampak pada kesehatan mental anak-anak dan remaja.
“Temuan kami ini menunjukkan bahwa rumah yang ideal dengan nilai properti yang tinggi cenderung berkontribusi pada masalah emosi dan perilaku anak-anak,” kata Gambaro seperti dikutip dari The Guardian, Senin (28/9).
“Proporsi anak yang tumbuh di rumah sewa telah meningkat, menciptakan jurang pemisah yang mencolok antara anak-anak yang mendapatkan keuntungan dari kekayaan orang tua dan mereka yang tidak. Ketika ketidaksetaraan ini meningkat, masalah emosi dan perilaku anak-anak juga dapat meningkat,” tambah Gambaro.
Para penulis menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan di rumah senilai 400 ribu poundsterling atau sekitar Rp 7,7 miliar memiliki skor kesulitan perilaku dan emosional rata-rata 6,9. Sedangkan anak yang dibesarkan di rumah senilai 100 ribu poundsterling atau sekitar Rp 1,9 miliar skor masalah perilakunya lebih tinggi yaitu 8,2.
Menurut Moulton, sejauh ini perumahan merupakan aset terpenting dalam portofolio kekayaan keluarga dan anak di Inggris Raya. Ini menjelaskan mengapa kekayaan properti lebih terkait dengan kesehatan mental anak-anak daripada kekayaan finansial.
Sementara itu, Direktur Kampanye di yayasan amal Young Minds, Tom Madders menilai, penelitian ini telah memberikan bukti konkrit bahwa kepemilikan rumah mewah dan kesehatan mental anak sangat terkait. Studi juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan keamanan finansial, tidak terlalu beresiko mengembangkan masalah emosional dan perilaku.
“Covid-19 telah menyoroti ketidaksetaraan ini. Dan karantina selama pandemi kemungkinan akan lebih sulit bagi beberapa anak yang tumbuh di rumah yang lebih kecil dan padat,” kata Madders.