Rabu 14 Oct 2020 00:45 WIB

5.000 Pakar Kesehatan Kecam Lockdown, Mengapa?

Focused Protection memungkinkan generasi muda hidup normal di tengah pandemi.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Para pekerja mengganti papan nama Les Miserables di teater Sondheim di London, Inggris, 12 Oktober 2020. Banyak pekerja teater di Inggris dilaporkan telah kehilangan pekerjaan karena pandemi virus corona dan pembatasan penguncian.
Foto: EPA-EFE/FACUNDO ARRIZABALAGA
Para pekerja mengganti papan nama Les Miserables di teater Sondheim di London, Inggris, 12 Oktober 2020. Banyak pekerja teater di Inggris dilaporkan telah kehilangan pekerjaan karena pandemi virus corona dan pembatasan penguncian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan pakar kesehatan dari berbagai negara menuntut diakhirnya aturan pembatasan pergerakan warga, seperti lockdown atau karantina wilayah, yang ditetapkan untuk merespons pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Dalam sebuah pernyataan, mereka menyebut bahwa perlindungan yang diberikan kepada orang-orang yang rentan terhadap infeksi wabah jauh lebih diperlukan.

Sementara itu, bagi orang-orang yang dianggap tidak rentan seperti berusia muda dan tidak memiliki penyakit bawaan diharapkan dapat membangun herd immunity (kekebalan komunitas). Para ahli menyatakan keprihatinan mereka atas ‘kerusakan’ yang ditimbulkan akibat lockdown ataupun aturan poembatasan ketat lainnya yang ditetapkan berbagai negara.

Baca Juga

Selain menyebut lockdown berpotensi menyebabkan kerusakan, petisi tersebut juga mendesak agar orang-orang tidak rentan diizinkan kembali ke kehidupan normal. Mereka yang mendukung petisi menyerukan diakhirnya kebijakan yang pertama kali digagas oleh para ahli dari Universitas Oxford, Harvard, dan Stanford.

Sejauh ini, lebih dari 2.400 ilmuwan dan 2.800 dokter telah menyerukan diterapkannya pendekatan yang mereka sebut sebagai "Perlindungan Terfokus" (Focused Protection) sebagai pengganti lockdown. Dalam petisi yang bernama Great Barrington Declaration tersebut, ada 45 ribu anggota masyarakat yang ikut menandatangani.

photo
Boneka beruang tergantung terbalik di jendela salah satu rumah di Christchurch, Selandia Baru, Senin (30/3). Warga Selandia Baru bersama gerakan internasional di mana orang-orang menaruh boneka beruang di jendela mereka selama lockdown akibat pandemi Covid-19 untuk mencerahkan suasana hati dan memberikan anak-anak permainan untuk bermain dengan boneka beruang di lingkungan mereka - (Mark Baker/AP)

Para ahli pendukung petisi mengeklaim bahwa pendekatan terbaru ini akan menjadi langkah yang dapat mendorong perekonomian dan kehidupan banyak orang, sehingga herd immunity pada akhirnya akan tercapai. Dengan menerapkan Focused Protection, pembukaan kembali bisnis, seperti bioskop dan sarana olahraga memungkinkan untuk dilakukan. Di samping itu, tak ada lagi jam malam untuk pub dan orang-orang akan kembali bekerja dari kantor.

“Untungnya, pemahaman kami tentang virus semakin berkembang. Kami tahu bahwa kematian akibat Covid-19 sangat rentan, lebih dari 1.000 kali lipat lebih tinggi terhadap orang tua dan lemah,” ujar para ahli kesehatan dalam petisi Great Barrington Declaration tersebut, dilansir The Sun, Senin (12/10).

Menurut para ahli tersebut, menetapkan aturan pembatasan seperti lockdown hingga vaksin Covid-19 tersedia akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Banyak orang kurang mampu yang dirugikan secara tidak proporsional selama pandemi terjadi.

"Saat kekebalan terbangun dalam populasi, risiko penularan ke semua, termasuk kalangan yang rentan akan menurun," jelas para ahli pendukung petisi.

Dampak kerusakan yang dimaksud para ahli pendukung Great Barrington Declaration terkait lockdown adalah di antaranya bagi kesehatan fisik dan mental setiap orang. Selain itu, pembatasan telah menyebabkan tingkat vaksinasi anak yang lebih rendah, perkembangan buruk pada penyakit jantung, dan pemeriksaan kanker yang lebih sedikit.

“Ini akan menyebabkan lebih banyak kematian di tahun-tahun mendatang, dengan kelas pekerja dan kaum muda paling terpengaruh,” kata para ahli pendukung Great Barrington Declaration.

Deklarasi tersebut mengatakan, orang-orang lanjut usia harus berbelanja secara daring dan bertemu kerabat di luar ruangan. Para staf di panti jompo harus diuji kesehatannya secara teratur.

Di lain sisi, orang-orang yang tidak rentan harus segera diizinkan untuk melanjutkan hidup seperti biasa. Tindakan higienis sederhana, seperti mencuci tangan dan tinggal di rumah saat sakit, tetap harus dilakukan oleh semua orang untuk mengurangi ambang kekebalan komunitas.

Selain itu, sekolah dan universitas harus terbuka untuk kegiatan belajar-mengajar secara langsung. Kegiatan ekstrakurikuler, seperti olah raga, juga harus dilakukan kembali seperti semula.

“Orang dewasa muda berisiko rendah harus bekerja secara normal, daripada berada atau beraktivitas dari rumah,” ujar para ahli yang menandatangani petisi.

Dalam petisi, disebutkan bahwa restoran dan bisnis lain harus dibuka kembali secara normal. Kegiatan seni, musik, olahraga, dan aktivitas budaya lainnya harus dilanjutkan.

Orang yang lebih berisiko dapat berpartisipasi jika mereka mau. Sementara itu, masyarakat secara keseluruhan harus menikmati perlindungan yang diberikan kepada mereka yang rentan oleh mereka yang telah membangun kekebalan komunitas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement