REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Santan kelapa merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam masakan Indonesia. Meski begitu, memasak makanan bersantan itu susah-susah gampang.
Salah memperlakukannya, pecah santan bisa terjadi. Alhasil, santan pun menjadi menggumpal, tak merata kepekatannya.
"Jangan masak dengan suhu tinggi kalau tak mau santan jadi pecah,” kata
instruktur memasak Devina Hermawan dalam virtual konferensi pers, Kamis (15/10).
Devina menjelaskan, santan mengandung lemak nabati yang tinggi. Santan bisa pecah ketika dipanaskan dengan suhu tinggi.
"Sebisa mungkin, jangan memasak santan dalam waktu lama, karena bisa membuatnya pecah," ucap .
Selain itu, santan sangat sensitif terhadap asam, sehingga mudah membuatnya pecah. Jika ingin menambahkan jeruk pada makanan bersantan, Devina menyarankan untuk memasukkan saat makanan siap disantap.
Untuk pecinta vegetarian, Devina mengatakan, santan, khususnya santan kemasan, bisa dijadikan bahan untuk membuat hidangan penutup. Santan bisa menjadi pengganti whipped cream dengan cara mengocoknya sampai kaku menggunakan mikser.
Marketing manager Tetra Pak Indonesia, Panji Cakrasantana mengatakan, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memilih santan kemasan. Pertama, pastikan mengecek tanggal kedaluarsa.
"Jangan sampai membeli produk yang sudah kedaluwarsa," ujarnya.
Kedua, pastikan memilih kemasan dengan kondisi sempurna, tak penyok, atau kembung. Ketiga, pilih kemasan karton yang aman dan higienis.
Panji mengatakan, sebenarnya santan kemasan, khususnya Kara, bisa disimpan di suhu ruangan. Santan kemasan tak perlu disimpan di kulkas, sebab pengemasannya sudah melalui proses UHT dan kemasan terlindungi dari udara dan cahaya dengan enam lapisan kemasannya.