Ahad 15 Nov 2020 05:40 WIB

Muhasabah Kunci Atasi Fomo atau Rasa Takut Ketinggalan

Fomo atau rasa takut ketinggian bisa diatasi dengan muhasabah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
Muhasabah Kunci Atasi Fomo atau Rasa Takut Ketinggalan. Foto: Setiap orang pasti memiliki satu atau lebih ketakutan (fobia) dari waktu ke waktu (Ilustrasi Fobia)
Foto: The Blue Diamond Gallery
Muhasabah Kunci Atasi Fomo atau Rasa Takut Ketinggalan. Foto: Setiap orang pasti memiliki satu atau lebih ketakutan (fobia) dari waktu ke waktu (Ilustrasi Fobia)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rasa negatif akibat tidak terhubung, tidak bergabung atau ketinggalan momen orang lain hampir dialami semua orang. Clinical Psychologist Candidate, Zunea Farizka Azyza mengatakan, perasaan itu disebut Fear of Missing Out (Fomo).

Zunea menuturkan, tanda-tanda alami Fomo seperti fokus ke kehidupan orang lain, mengabaikan hidup sendiri, berlebih cek media sosial, tidak fokus beraktivitas, sibuk di tengah keramaian, kesepian, dan takut tidak memperbarui media sosialnya.

Baca Juga

Orang Fomo sering takut tidak terhubung pengalaman berharga milik orang lain, khawatir ketika orang lain bahagia, merasa kehilangan kesempatan bertemu orang lain, dan ingin tetap terkoneksi aktivitas orang lain yang dapat membuat cemas.

Untuk laki-laki mayoritas mengalami Fomo dan berdasarkan penelitian 72 persen penderita berusia 18-33 tahun. Penyebab menderita Fomo karena usia, jenis kelamin, pengguna social networking site, akibat konektivitas dan teknologi.

Lalu, kepuasan kebutuhan psikologis yang rendah terhadap competence, autonomy atau relatedness. Dampak bagi penderita Fomo seperti depresi, kecanduan media sosial, nomophobia, tingkat kepuasan hidup rendah, kesepian, cemas dan stress.

"Menurunkan citra diri, memantik iri hati, minder dan hidup terasa hampa," kata Zunea dalam webinar nasional yang mengangkat tema Fear of Missing Out (Fomo) dan diselenggarakan Pusat Studi Psikologi Islam Universitas Islam Indonesia (UII).

Untuk mengenali apakah diri sendiri alami kecanduan, dapat dikoreksi aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur hingga tidur lagi. Jika setelah bangun tidur yang dicari hanyalah gawai, membuka sosial media, dapat dikatakan pecandu medsos.

Selain itu, tanda yang lain dalam aktivitas sehari-hari ia tidak bisa jauh-jauh dari ponselnya sebagai wadah media sosial. Setiap hari haus akan postingan baru dari orang lain dan haus pula untuk posting momen miliknya di media sosial.

Jika konten foto atau video miliki like atau komen sedikit dapat membuat dirinya depresi, stres, hilang mood makan, dan lain-lain. Perasaan itu pula dapat dirasa saat melihat orang lain sukses dan bahagia.

Untuk itu, Zunea membagi beberapa langkah yang perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit Fomo. Terdiri dari melacak pikiran negatif, ubah fokus, menerima diri sendiri, serta menghargai diri dan fokus terhadap terima kasih (syukur).

"Tidak kalah penting juga kita harus mulai mengendalikan penggunaan medsos dan gawai sebab kondisi nyata lebih penting dari koneksi maya. Kamu juga bisa mencoba buat jurnal, praktikkan mindfulness, dan tidak lupa ber-muhasabah," ujar Zunea.

Muhasabah sebagai introspeksi diri tidak lain memperhatikan dan merenungkan hal-hal yang baik dan buruk yang pernah dilakukan. Termasuk, niat dan tujuan yang telah dilakukan, serta menghitung untung dan rugi suatu perbuatan.

Cara ber-muhasabah dengan memilih waktu yang tepat sesuai keadaan diri masing-masing, dianjurkan malam, rasakan kedekatan dengan Sang Ilahi, mengenali dan merasakan keberadaan Allah SWT sepanjang waktu kalau selalu melihat kita.

"Ketika muhasabah pilih posisi tubuh paling nyaman, keluarkan nafas perlahan dan rasakan energi yang diberikan Sang Ilahi ke tubuh. Ingatl Sang Ilahi dan intropeksi banyak kesalahan, bertekad berubah lebih baik, fokus ke hal-hal yang jadi prioritas, berkeyakinan mampu mengendalikan perilaku," kata Zunea.

Fomo memang tidak selalu jadi kondisi yang mengganggu aktivitas sehari-hari, tapi tidak ada salahnya jika kita menekan rasa takut ini sebisa mungkin. Jaga kepuasan terhadap hidup sendiri jadi salah satu cara menjaga kesehatan mental.

"Jadi, cobalah untuk menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan Fomo dan cobalah untuk menikmati hidup sendiri mulai dari hari ini," ujar Zunea. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement